Selasa 31 Aug 2021 23:16 WIB

Ahli: Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus Harus Jadi Pelajaran

Angka positivity rate Covid-19 di Kudus harus tetap terpantau meski kasus menurun.

Petugas menyemprotkan disinfektan di sekitar jalan desa yang ditutup akibat karantina wilayah di Desa Pedawang, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (1/6/2021). Akibat lonjakan tajam kasus COVID-19 pascalebaran di kabupaten itu, sebanyak 42 desa masuk zona merah COVID-19 dan menerapkan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro untuk mencegah penularan COVID-19.
Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho
Petugas menyemprotkan disinfektan di sekitar jalan desa yang ditutup akibat karantina wilayah di Desa Pedawang, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (1/6/2021). Akibat lonjakan tajam kasus COVID-19 pascalebaran di kabupaten itu, sebanyak 42 desa masuk zona merah COVID-19 dan menerapkan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro untuk mencegah penularan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lonjakan Covid-19 yang terjadi di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menjadi pelajaran berharga dari kasus yang sama sekali tidak terduga. Pendapat itu diutarakan oleh Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Surakarta dr Tonang Dwi Ardyanto.

"Apa yang terjadi di Kudus adalah pelajaran berharga, terjadi lonjakan yang tidak terduga di daerah yang tentu orang bertanya, kenapa tidak terjadi di kota yang ada bandara atau pelabihan internasional? Tapi daerah yang tidak berada di pinggir atau langsung ke luar negeri, bisa terjadi lonjakan," ujar Tonang, dalam sebuah diskusi daring, Selasa (31/8).

Baca Juga

Tonang menyarankan, agar upaya untuk menekan kasus Covid-19 di Kudus tidak boleh semakin menurun, karena kasus konfirmasi positif yang semakin rendah. Sebaliknya, positivity rate di Kudus harus tetap terpantau agar tidak terulang kembali lonjakan kasus yang sama hingga 30 kali lipat, seperti yang terjadi pada Juni 2021.

Tonang mengatakan, meski cakupan vaksinasi Covid-19 pada lonjakan kasus di Kudus beberapa waktu lalu belum seperti capaian saat ini, yakni sebesar 20 persen masyarakat untuk vaksin dosis lengkap, vaksinasi Covid-19 tetap menjadi hal penting dalam upaya penekanan wabah.

"Walaupun belum bisa menyebut faktor vaksin itu yang utama dalam menurunkan kasus di Kudus saat itu, apapun itu vaksin tetap ada gunanya dan menjadi peranan untuk menurunkan kasus di sana," kata Tonang.

Secara ilmiah, Tonang mengatakan, penurunan kasus Covid-19 di Kudus tergolong unik, karena meski kemampuan dan kapasitas pengujian tidak sebesar daerah lain, tetapi kasus menurun. Selain itu, varian Delta rupanya bukan hal baru muncul di Kudus, karena diperkirakan ada sejak Januari-Februari, dan menemukan momentumnya pada Idul Fitri.

Oleh sebab itu, Tonang mengimbau agar pemerintah daerah tidak menurunkan kapasitas pengujian. "Sebetulnya target Kementerian Kesehatan untuk kapasitas pengujian 15 per kasus adalah upaya kita jangan sampai mengulang yang kemarin. Mumpung kasus belum banyak, inilah kesempatan untuk mempertinggi pelcakan untuk mendeteksi lebih dini kasus-kasus yang masih tersembunyi," ujar dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement