REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Institut Pertanian Bogor, Arif Satria, menyampaikan tentang tiga disrupsi besar yang sedang dialami dunia. Ketiga disrupsi besar tersebut yakni perubahan iklim, revolusi industri 4.0, dan pandemi Covid-19.
Kuliah ilmiah tersebut disampaikan Arif pada Sarwono Memorial Lecture XXI yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sebagai puncak peringatan Hari Ulang Tahun LIPI ke-54.
Dalam paparannya, Arif menyampaikan bahwa perubahan iklim memberikan dampak yang luar biasa pada lingkungan dan pertanian, seperti anomali curah hujan, meningkatnya bencana alam, hingga tingginya resiko gagal panen.
"Hal ini tentu saja menimbulkan efek domino pada segi ekonomi, sosial, dan krisis energi. Pada bidang kesehatan pun, disrupsi perubahan iklim ini menyumbangkan penambahan angka malnutrisi, stunting, dan jumlah penyakit," kata Arif dalam keterangannya, Kamis (26/8).
Disrupsi revolusi industri 4.0 diakselerasi dengan kecepatan teknologi kepintaran buatan, robotik, big data, hingga Internet of Things. Fakta-fakta ini, kata dia, ternyata telah merombak tatanan kehidupan.
Arif mengungkapkan, revolusi biologi juga sedang dirasakan atas dampak dari disrupsi teknologi ini. Aspek biologi saat ini bersinergi dengan aspek teknologi komputer.
"Dalam dunia bisnis, disrupsi ini menyebabkan munculnya pekerjaan baru, dan hilangnya sejumlah pekerjaan. Hari ini kita merasakan pentingnya kompetensi-kompetensi baru yang mengedepankan future skill (keahlian masa depan) yang didapat melalui reskilling, upskilling, dan new skilling," kata dia lagi.
Tak ketinggalan, Arif menuturkan, disrupsi ketiga berupa pandemi Covid-19 juga mengubah banyak pola di kehidupan sehari-hari. Beberapa yang paling dapat dirasakan saat ini menurutnya adalah perlambatan ekonomi, peningkatan angka kemiskinan, dan penurunan kesehatan. Namun di sisi lain juga meningkatkan fleksibilitas kegiatan bekerja dan belajar mengajar.
Berdasarkan data yang dianalisisnya, ketiga disrupsi besar ternyata tidak mempengaruhi pertumbuhan biodiversitas, yang menurut data Produk Domestik Bruto (PDB/Lapangan Kerja) 2020-2021, sektor yang berbasis pada biodiversitas tetap tumbuh positif.
"Ini artinya, sektor biodiversitas adalah sektor yang tahan banting. Ini lah mengapa sektor ini harus terus dikembangkan dan mendapatkan prioritas dalam pembangunan nasional," kata Arif.