REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Stok beras pengadaan Bulog Indramayu hingga kini masih menumpuk. Hal itu terjadi akibat pengadaan yang terus dilakukan setiap tahun, tak seimbang dengan penyalurannya yang minim.
Pimpinan Bulog Cabang Indramayu, Dadan Irawan, menyebutkan, stok beras yang dimiliki Bulog Indramayu saat ini ada sekitar 50 ribu ton. Stok tersebut merupakan hasil pengadaan pada 2018, 2019, 2020 dan 2021.
Bahkan, dari 50 ribu ton beras itu, adapula beras impor dari Vietnam yang masuk pada 2018 silam. Beras impor mencapai 5.000 ton itupun hingga kini masih belum terpakai.
"Seluruh stok tersebut tersimpan di delapan gudang Bulog yang tersebar di Kabupaten Indramayu,’’ ujar Dadan kepada Republika, Kamis (19/8).
Menumpuknya stok beras itu terjadi akibat penyaluran beras yang minim setelah dihapuskannya program beras untuk rakyat miskin (raskin). Padahal, penyerapan terus dilakukan Bulog setiap tahun.
Untuk tahun ini, lanjut Dadan, target penyerapan Bulog Indramayu mencapai 38 ribu ton setara beras. Dari jumlah itu, target penyerapan sudah tercapai sekitar 18 ribu ton.
Dadan menambahkan, stok yang kini menumpuk di gudang dipastikan akan terus bertambah. Pasalnya, pengadaan Bulog Indramayu masih terus berlangsung hingga akhir tahun nanti.
"Asalkan kualitas (beras petani) sesuai standard an harganya ‘masuk’ (sesuai HPP), kita tetap lakukan penyerapan. Jadi ya stok masih akan terus bertambah," ujar Dadan.
Dadan mengakui, pemerintah memutuskan untuk menggunakan beras Bulog dalam program bantuan sosial tunai (BST) di masa pandemik Covid-19. Namun, jumlahnya tidak signifikan, hanya mampu mengurangi stok sekitar 5.000 ton.
"Ya lumayanlah mengurangi (stok), tapi tetap saja stok kita masih banyak," tandas Dadan.