REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Daeng M Faqih menilai, angka kasus konfirmasi Covid-19 di Tanah Air hingga saat ini masih tinggi. Angka kematian juga disebutnya masih mengkhawatirkan.
"Berdasarkan data Selasa (17/8), ada penambahan kasus harian sebanyak 20.741 kasus. Sehingga jumlah total kasus konfirmasi Covid-19 telah mencapai 3.892.479 kasus," kata Daeng M Faqih, saat menjadi pembicara dalam agenda konferensi pers Seruan Kebangsaan, Rabu (18/8).
Daeng mengatakan jumlah tersebut telah menempatkan Indonesia di peringkat ke-13 dunia dalam angka kasus konfirmasi Covid-19. Daeng juga melaporkan laju angka kematian harian akibat Covid-19 sebanyak 1.180 orang, sehingga total angka kematian sebanyak 120.013 orang.
"Sekalipun kasus konfirmasi sudah mengalami penurunan, akan tetapi angka kematian masih tinggi. Bahkan Indonesia beberapa kali mencatat rekor kasus kematian harian tertinggi di dunia," katanya.
Daeng juga menyorot angka 'positivity rate' yang masih sangat tinggi. "Selalu di atas 20 persen dalam beberapa pekan terakhir, jauh lebih tinggi dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 persen dari total populasi penduduk."
Sudah 1,5 tahun bangsa Indonesia berjuang melawan pandemi Covid-19. "Berbagai upaya telah dilakukan, namun kondisi saat ini menunjukkan bahwa kasusnya masih belum dapat diatasi," katanya.
Menurut Daeng banyak dokter dan tenaga kesehatan yang telah gugur dalam perjuangan menghadapi Covid-19, di antaranya 640 dokter, 98 dokter gigi, 637 perawat, 377 bidan, 59 apoteker, 34 ahli gizi, 13 ahli kesehatan masyarakat, dan 33 ahli teknologi laboratorium." Padahal sumber daya manusia di bidang kesehatan merupakan kunci dari ketahanan sistem kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19," ujarnya.
Daeng mengatakan capaian vaksinasi di Indonesia pun masih relatif rendah. Pemerintah telah menetapkan target sasaran vaksinasi sebanyak 208.265.720 orang. Namun hingga Selasa (17/8) capaian vaksinasi dosis 1 baru mencapai 26,40 persen dan dosis 2 hanya 14 persen. "Capaian ini masih sangat jauh dari target yang ditetapkan," katanya.
Selain itu, kata Daeng, pelaksanaan Testing, Tracing, dan Treatment (3T) masih belum maksimal. "Testing jika mengacu ke standar WHO, dengan melihat positivity rate Indonesia 15 hingga 25 persen, maka seharusnya dilakukan testing 10 per 1.000 penduduk atau sekitar 400 ribu orang per hari, target ini masih belum tercapai," katanya.
Menurut Daeng, testing di Indonesia masih belum berbasis hasil testing epidemiologi, akan tetapi masih di dominasi testing yang bersifat penapisan seperti untuk perjalanan dinas atau luar kota. "Harga testing Covid-19 di Indonesia juga masih dianggap terlalu mahal jika dibandingkan dengan negara lain. Adapun terkait pelaksanaan Tracing juga demikian masih jauh dari target yang ditetapkan WHO," katanya.