Sebelum memperoleh EUA, menurut Penny, vaksin tersebut perlu diuji coba kepada manusia. Penny mengatakan, BPOM bersama industri farmasi, peneliti, dan sponsor terus melakukan pendampingan pengembangan uji praklinis vaksin tersebut.
"BPOM terus mendiskusikan konsep pengembangan rasional dari penelitian, desain setiap perencanaan prakilinis dan uji klinis juga aspek pengembangan mutu formula serta mutu obat," katanya.
Penny mengatakan, seluruh vaksin harus diproduksi dalam skala laboratorium yang mengikuti kaidah cara pelaksanaan uji klinis yang baik.Uji prakilinis dan klinis ini akan menjadi data saintifik yang menjadi dasar dalam proses registrasi selanjutnya.
Penny menyebut, sertifikat CPOB yang diberikan kepada PT Biotis Pharmaceutical Indonesia didasari atas sejumlah aspek penilaian di antaranya desain fasilitas produksi, pelaksanaan inspeksi, asistensi, konsultasi hingga penyelesaian perbaikan.
"Ini bukan sesuatu yang mudah untuk mencapai tahapan CPOB. Ke depan kami akan tetap mendampingi," katanya.