Ahad 15 Aug 2021 19:27 WIB

Kampanye Baliho Marak, Pengamat: Tindakan tak Berempati

Yang salah itu bukan billboard-nya sebagai media, tapi pesan yang disampaikan.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Erik Purnama Putra
Baliho kepak sayap kebhinekaan Puan Maharani terpasang di Rejowinangun, Kota Yogyakarta, Rabu (11/8).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Baliho kepak sayap kebhinekaan Puan Maharani terpasang di Rejowinangun, Kota Yogyakarta, Rabu (11/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengamat Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Irfan Wahyudi menilai, bertebarannya papan reklame berisikan politikus yang berkampanye, telah mencederai semangat masyarakat yang sedang berjuang dari pandemi Covid-19.

Meskipun, kata dia, secara teknis pemasangan papan reklame tersebut tidak menjadi masalah karena dilakukan di tempat yang diizinkan. "Sebenarnya sah-sah saja ya pasang billboard, namun yang perlu diperhatikan adalah pesan di dalamnya," ujar Irfan di Kota Surabaya, Jawa Timur, belum lama ini.

"Kalau pesannya justru menyiratkan tentang kepentingan politik, tentu itu mencederai semangat rakyat yang tengah berjuang melawan Covid-19. Jadi, yang salah itu bukan billboard-nya sebagai media, tapi pesan yang disampaikan," kata Irfan menambahkan.

Adalah anak Ketua Umum PDIP, Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang paling banyak memasang poster, baliho, dan papan reklame di berbagai lokasi, belakangan ini. Pemasangan poster disertai pesan tersebut dituding sebagai bagian kampanye menjelang Pilpres 2024.

Irfan menyebutkan, ada dua cara penyampaian pesan yang digunakan oleh para politikus dalam pemasangan iklan di papan reklame. Caranya, yaitu promosi secara terang-terangan (hardselling) dan promosi secara malu-malu melalui tulisan jargon.

Dua cara tersebut, sambung dia, sama-sama sebagai tindakan yang tidak berempati karena tidak mencerminkan kondisi sekarang masih pandemi. "Pemasangannya seolah menyampaikan bahwa apapun yang terjadi saya tetap akan promosi diri agar dikenal masyarakat untuk persiapan laga 2024," ujarnya.

Menurut Irfan, menjadi lebih baik jika papan reklame diisi dengan iklan yang bisa mempersuasi masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dengan baik. Misalnya, cara mencuci tangan yang benar, atau pesan positif lainnya yang bisa meningkatkan optimisme dalam melawan krisis kesehatan dan ekonomi.

Terlebih, kata dia, sebentar lagi Indonesia akan merayakan HUT ke-76 RI. Irfan menyebut, pemasangan iklan dengan tema semangat kemerdekaan lebih pas dilakukan daripada diisi kampanye politik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement