REPUBLIKA.CO.ID, BULUKUMBA -- Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata Kawasan Mangrov Manyampa, Arman Jaya mengatakan, Desa Wisata Mangrove Luppung di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan mampu menangkal abrasi pantai yang sebelumnya pernah terjadi.
Menurut Arman, keberadaan hutan mangrove ini sudah ada pada 1990, namun baru dikembangkan menjadi desa wisata pada 2015. Selanjutnya diresmikan pada 31 Desember 2019 oleh Bupati Bulukumba yang saat itu dijabat Andi Sukri Sappewali.
Menurut dia, peranan Kades Manyampa sangat penting dalam menggagas dan merangkul masyarakat mengembangkan Desa Wisata Mangrove Luppung ini. Meski saat peresmian memberikan dampak yang luar biasa, namun saat terjadi pandemi Covid-19 desa wisata ini pun ikut terdampak.
Kendati demikian, lanjut dia, itu tidak mematahkan semangat warga dan pemerintah desa untuk memulai membangun lokasi treking yang diawali dengan pembabatan sebagian mangrove yang medannya cukup berat.
Keberadaan lokasi wisata mangrove ini yang paling dirasakan manfaatnya bagi warga setempat adalah kawasan mangrove ini dapat menangkal ombak yang dapat memicu abrasi.
Pasalnya pada saat sebelum pengembangan desa wisata mangrove itu, rumah warga lebih jauh di luar pantai, namun karena adanya abrasi sehingga rumah warga terpaksa dipindahkan ke pinggir yang lebih jauh lagi dari bibir pantai.
"Inilah dampak langsung yang dirasakan warga di lokasi ini, kalau dampak ekonomi langsung itu belum seberapa, namun terus dikembangkan," kata dia.