Senin 09 Aug 2021 10:46 WIB

Ingat Rahmawati Kala Mega Sebut Bencana Extraordinary

Mega sebut bencana extraordinary, opo maksude?

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Budawan dan sejarawan Betari.

Sebuah harian ibu kota kutip pernyataan Ketua Umum PDIP 4/8/2021: "Presiden harus turun tangan langsung kalau ada bencana yang bersifat extraordinary. 

Kalau yang dimaksud bencana itu kopat kopit (Covid-19--Red) kenapa baru omong sekarang, kopat kopit pan gentayangan hampir dua tahun dengan paradigma ini bencana alami. Sementara, laman New York Post sebagaimana mengutip tulisan sebuah situs, memuat pendapat ahli Steven Mosher yang berdasarkan penelitian disimpulkan, Covid-19 berasal dari delapan bocoran Lab Wuhan. Ini tidak alami.

Bencana karena kopat kopit laboratorium Wuhan dipastikan timbulkan bencana yang lebih besar lagi. Itulah perang Laut China Selatan yang jika terjadi akan jadi perang yang  maha-haibat. Itu kalau China melawan.

Jadi, mungkin ini yang dimaksudkan Megawati dengan bencana extraordinary itu. Kenapa Mega alihkan tanggung jawab kepada Jokowi? Padahal, kata Mega sendiri, Presiden Jokowi petugas partai. Sebagai ketua umum PDIP, Mega pan ude kasi sambutan pada HUT PKC 1/7/2021 yang betul-betul extraordinary. Petinggi PKC dan Yang Mulia Xin Ping yang ketua PKC disanjung melambung. Sekarang setelah bencana ordinary tiba di ambang, terjadi saling lempar tanggung jawab. Dan pembesar hilang dari pentas publik. Juga pejabat daerah yang biasanya rajin manggung.

Saya tidak bermaksud meden-medeni, perang modern sangat mengerikan. Pada tahun 2003, saya dengan almarhum Rahmawati berada di Al Rasheed Hotel, Baghdad, yang diserang Tomahawk. Di tengah kepala-kepada  tanpa tubuh yang bergelindingan, dan di antara tubuh-tubuh tanpa kepala yang bergelimpangan, seraya lantai hotel yang licin berkuah darah. Kala itu dalam gelap pula saya mencari Rahmawati.

Alhamdulillah, saya jumpa Rahmawati yang tengah berada di kepungan jenazah terduduk di sudut lobi hotel. Ia lagi menangis. Rambutnya kusut masai. Kegembiraanku jumpa Rahma mengancing bibirku. Sesaat aku tak dapat berkata-kata selain kami beradu pandang. Rahma, kataku, berhentilah menangis, kamu putri Proklamator, hapuslah air matamu. Mari ikut aku ke bunker.

Ibu Mega, Pak Jokowi, perang modern benar-benar mengerikan. Bapak dan para menteri Bapak yang sering mondar-mandir ke  China kasi kami petunjuk. Bagaimana situasi internasional dan di mana pula posisi Indonesia?

Perang lebih mengerikan dari kopat kopit. Mati karena kopat kopit biasanya di tempat tidur. Mati karena perang gak tau di mana. Pak Joko, Bu Mega, Gub Anies, bapak-bapak dan ibu belum alami perang modern pan? Paling-paling hanya nonton di film.

Perang modern itu sungguh ngeri!

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement