Kamis 05 Aug 2021 17:03 WIB

Sinyal Positif dari Perbaikan Kinerja Ekonomi Dalam Negeri

Pertumbuhan ekonomi kuartal II sudah diproyeksikan akan meninggalkan resesi.

Sejumlah bocah bermain dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Data BPS menunjukkan perekonomian Indonesia di kuartal II tumbuh positif di angka 7.07 persen.
Foto:

Ketua Komisi XI DPR, Dito Ganinduto, turut mengapresiasi kinerja pemerintah yang berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. "Kinerja ekonomi di triwulan 2 tahun 2021 tak lepas dari kerja keras pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dan swasta untuk segera memulihkan perekonomian nasional sebagai dampak dari pandemi Covid-19," ujar Dito kepada wartawan, Kamis (5/8).

Menurutnya, ini merupakan dampak dari seiring diberlakukannya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) oleh pemerintah sebagai langkah paling optimal dalam upaya menyeimbangkan aspek kehidupan dan penghidupan.

Ia mengatakan, tren pemulihan ekonomi di kuartal II 2021 ini menunjukkan sinyal positif perbaikan kinerja perekonomian domestik yang cukup kuat. Hal ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen Juni 2021 berada pada level 107,4.

"Indeks Penjualan Ritel Mei 2021 berada pada level 225,6. Kemudian realisasi Belanja Negara hingga Juni 2021 sebesar 42,5 persen dari target APBN atau tumbuh 9,4 persen year-on-year," ujar Dito.

Dari sisi PDB sektoral, berbagai sektor usaha terus menunjukkan perbaikan kinerja diantaranya pada triwulan II 2021, sektor industri pengolahan, yang menjadi penopang dengan share 19,29 persen yang tumbuh 6,58 persen (yoy).

Terutama ditopang oleh industri alat angkutan yang tumbuh tinggi sebesar 45,70 persen. Hal ini tidak terlepas dari dukungan stimulus yang didorong oleh KPC-PEN melalui insentif pembebasan PPnBM untuk sektor kendaraan bermotor dan sektor perumahan.

 

"Insentif ini juga turut mendorong sektor perdagangan yang tumbuh 9,44 persen (yoy) seiring tingginya perdagangan kendaraan yang mencapai 37,88 persen," ujar Dito.

Tambahan alokasi anggaran PEN juga dilakukan dalam upaya meningkatkan penanganan di sisi kesehatan. Juga melindungi masyarakat yang terdampak pandemi melalui program perlindungan sosial, seperti diskon listrik bagi 32,6 juta pelanggan hingga September 2021.

Kemudian memperpanjang bansos tunai, mempercepat penyaluran Program Keluarga Harapan, Kartu Sembako, dan BLT Desa; serta melanjutkan program Kartu Prakerja. “Kebijakan ini direspons baik oleh masyarakat,” ujar Dito.

Badan Pusat Stastik melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tercatat tumbuh 7,07 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan 3,31 persen secara kuartalan (quartal to quartal/q-to-q). Tercapainya pertumbuhan positif tersebut mengeluarkan Indonesia dari masa resesi yang berlangsung sejak kuartal II 2020 lalu.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua yang kembali positif didukung oleh perbaikan aktivitas ekonomi. Ia menyebut, ada mobilitas masyarakat yang mulai menunjukkan perbaikan. Mobilitas berperan penting dalam meningkatkan berbagai aktivitas, termasuk transportasi.

Selain itu, vaksinasi masyarakat juga mulai masif yang diikuti dengan penurunan tren kasus Covid-19 sehingga memberikan kepercayaan konsumen dalam kegiatan ekonomi.

"Pada kuartal II 2020 aktivitas lebih banyak di rumah dan aktivitas ekononomi mengalami perlambatan, lalu di kuartal I 2021 lebih baik tapi masih ada hambatan. Lalu pada kuartal II 2021 ada perbaikan yang signifikan," kata Margo dalam konferensi pers, Kamis (5/8).

Pertumbuhan ekonomi negatif mulai terjadi pada kuartal II 2020 dimana Covid-19 mulai masuk ke Indonesia dan menyebabkan kebijakan pembatasan sosial secara besar-besaran. Saat itu pertumbuhan ekonomi secara yoy anjlok hingga minus 5,32 persen. Selanjutnya minus 3,49 persen dan minus 2,19 persen pada kuartal III dan kuartal IV 2020.

Adapun pada kuartal I 202 pertumbuhan masih minus 0,71 persen dan kembali pada level positif pada kuartal II 7,07 persen. Meski demikian, Margo menegaskan, pemicu pertumbuhan ekonomi yang signifikan selain didukung oleh perbaikan aktivitas masyarakat juga karena basis data pembanding kuartal II 2020 anjlok. Pada saat itu, produk domestik bruto atas dasar harga konstan (PDB ADHK) turun mennadi Rp 2.589,82 triliun.

"Sementara pada kuartal II 2021, PDB ADHK itu mencapai Rp 2772,83 triliun. Itulah kenapa ekonomi kuartal tahun ini tumbuh 7,07 persen karena kuartal II tahun lalu drop sekali," ujarnya.

photo
Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Tahun 2021 membengkak. - (Tim Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement