Rabu 04 Aug 2021 13:51 WIB

Mempertanyakan Urgensi Pengecatan Pesawat Kepresidenan

Pemerintah seakan tak sensitif habiskan Rp 2 M untuk pengecatan pesawat.

Presiden Joko Widodo menuruni tangga pesawat kepresidenan. Pesawat kepresidenan disebut akan dicat ulang dengan dominasi warna bendera Indonesia, merah putih.
Foto:

Tak sedikit warganet yang setuju dengan tanggapan dari Alvin. Sejumlah akun, seperti @NTMY44197549 mengatakan bahwa dibandingkan untuk mengecat pesawat, lebih baik uang senilai itu digunakan sebagai bantuan bagi ribuan orang di tengah PPKM saat ini. Hal yang sama juga disampaikan oleh akun @AnikMurlina yang mengatakan banyak hal lebih penting saat ini, menggarisbawahi tak sedikit pekerja yang terkena dampak pandemi.

Politikus PDI Perjuangan (PDIP), Arteria Dahlan, namun meminta publik melihat sisi lain polemik pengecatan pesawat kepresidenan. Ia menganggap perubahan cat dari warna biru menjadi warna merah putih memang sesuai dengan warna bendera Indonesia.

Arteria meminta jangan sampai publik terbawa permainan politik pihak-pihak yang merasakan post colour syndrome. Ia menyebut post colour syndrome sebagai plesetan dari post power syndrome alias sindrom pasca kekuasan.

Warna biru pesawat Presiden RI saat ini dianggap serupa dengan warna partai Demokrat. Presiden ke-5 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang membeli pesawat Kepresidenan dengan warna biru.

"Justru kalau mau kita jujur dan hadirkan perdebatan yang harusnya dipermasalahkan itu dulu jamannya Pak SBY, kok pesannya warnya biru, padahal memungkinkan untuk memesan warna merah putih. Tapi kan kami beradab dan berpikiran positif saja," kata Arteria dalam keterangan pers, Rabu (4/8).

Menurut Arteria, tak ada yang salah dengan pengecatan pesawat kepresidenan menjadi warna merah putih. Hal itu sesuai warna bendera negara merah putih, bukan warna biru.

"Lalu apa yang salah dengan warna pesawat kepresidenan jika diubah menjadi merah putih sesuai warna bendera negara kita?" ujar Arteria.

Oleh karena itu, Arteria meminta masyarakat waspada agar tak terjerat dengan logika yang dibangun pihak tertentu. Khususnya mereka yang tak bisa menerima warna bendera partainya tak lagi identik dengan warna pesawat kepresidenan yang lama.

"Mari berhati-hati dengan yang post power syndrome. Mungkin saja ini nanti jadinya post colour syndrome hanya karena tak bisa menerima bahwa warna pesawat kepresidenan tak lagi sama dengan warna bendera partainya," singgung Arteria.

Sejak beroperasi sebagai pesawat kepresidenan pada 2014 lalu, Boeing Business Jet 2 memiliki warna dominan biru. Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, menjelaskan, pesawat BBJ 2 sudah beroperasi selama tujuh tahun di Indonesia.

Artinya, pesawat memang sudah harus masuk perawatan besar atau overhaul, dengan kategori C Check. Di dalam dunia penerbangan perawatan C Check lebih berat ketimbang A Check atau B Check.

"Itu harus dilakukan untuk keamanan penerbangan. Mengenai cat, memang sekalian diperbarui karena sudah waktunya. Pilihan warnanya adalah warna kebangsaan, merah dan putih. Warna bendera nasional," kata Heru, Selasa (3/8).

Soal biaya pengecatan yang disebut-sebut menyentuh angka Rp 2 miliar, Heru enggan berkomentar banyak. Hanya saya berdasarkan sumber internal Istana, Republika mendapat konfirmasi bahwa angka Rp 2 miliar hanya untuk pengecatan saja, belum termasuk perawatan lainnya.

Angka itu juga belum termasuk pengecatan ulang yang sudah lebih dulu dilakukan untuk heli Super Puma dan pesawat RJ (British Aerospace RJ 85) yang juga merupakan bagian dari pesawat kepresidenan.

Heru juga menyebutkan bahwa pengecatan BBJ 2 sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2019. Saat itu, Heru menyebutkan, pengecatan ulang dirancang untuk menyambut HUT ke-75 RI pada 2020.

"Namun, pada tahun 2019 pesawat BBJ 2 belum memasuki jadwal perawatan rutin sehingga yang dilaksanakan pengecatan terlebih dahulu untuk Heli Super Puma dan pesawat RJ," kata Heru.

Heru menegaskan bahwa alokasi anggaran untuk perawatan pesawat kepresidenan sudah tertuang di dalam APBN. Sekretariat Presiden sendiri, ujarnya, juga sudah melakukan refocusing anggaran pada APBN 2020 dan APBN 2021, sesuai dengan alokasi yang ditetapkan Menteri Keuangan.

Terkait dengan tudingan bahwa pengecatan pesawat kepresidenan kurang pas dilakukan di tengah pandemi, Heru enggan menanggapi lebih jauh. Ia hanya menekankan bahwa jadwal perawatan dan pengecatan sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Heru berharap pengecatan pesawat kepresidenan ini bisa memberikan kebanggaan bagi negara. Proses pengecatan ulang pesawat kepresidenan, imbuh Heru, dilakukan seluruhnya di dalam negeri. Hal ini diyakini bisa mendukung industri penerbangan dalam negeri yang ikut terdampak pandemi.

photo
Pesawat Kepresidenan Republik Indonesia jenis Boeing Business Jet (BBJ) 2. - ( Antara/Widodo S. Jusuf)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement