Jumat 30 Jul 2021 08:29 WIB

Penuhi Kebutuhan di Perbatasan, Satgas Dorong Impor Alkes

Banyak keluhan warga yang kesulitan mencari akses oksigen medis.

Rep: sapto andika candra/ Red: Hiru Muhammad
Kru KRI dr Soeharso SHS-990 mengisi tabung oksigen di kapal tersebut saat bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (28/7/2021). Kapal bantu rumah sakit TNI AL di bawah jajaran Satuan Kapal Bantu Koarmada II yang memiliki generator oksigen dengan kemampuan produksi pengisian tabung oksigen ukuran 6.000 liter hingga 20-25 tabung dan ukuran 1.500 liter hingga 65 tabung per 24 jam itu disiagakan guna memasok kebutuhan oksigen pasien COVID-19 di Jawa Tengah terutama di Kota Semarang.
Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan/hp.
Kru KRI dr Soeharso SHS-990 mengisi tabung oksigen di kapal tersebut saat bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (28/7/2021). Kapal bantu rumah sakit TNI AL di bawah jajaran Satuan Kapal Bantu Koarmada II yang memiliki generator oksigen dengan kemampuan produksi pengisian tabung oksigen ukuran 6.000 liter hingga 20-25 tabung dan ukuran 1.500 liter hingga 65 tabung per 24 jam itu disiagakan guna memasok kebutuhan oksigen pasien COVID-19 di Jawa Tengah terutama di Kota Semarang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Satgas Penanganan Covid-19 mendorong pemerintah melakukan importasi alat dan material kesehatan. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiki Adisasmito menyebutkan, langkah ini dilakukan merespons masih kurangnya pasokan untuk memenuhi kebutuhan penanganan pasien Covid-19 di daerah perbatasan.

Namun kebijakan impor bukannya tanpa syarat. Pemerintah, ujar Wiku, tetap perlu mendorong peningkatan produksi di dalam negeri. "Pemerintah dorong upaya impor untuk daerah perbatasan dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek. Serta memasifkan indiustri dalam negeri," kata Wiku dalam keterangan pers, Kamis (29/7).

Seperti diketahui, situasi pandemi di Indonesia memasuki masa krisis oksigen medis untuk pasien Covid-19. Analis data LaporCovid-19, Said Fariz Hibban mengatakan, pihaknya menerima banyak keluhan warga yang kesulitan mencari akses oksigen medis.

"Hasilnya, kesulitan oksigen itu cukup banyak. Tercatat ada 43 laporan warga mengenai kesulitan mendapatkan oksigen hingga hari ini," ujar Said saat dihubungi Republika, Kamis (22/7).

Said menambahkan, warga yang kesulitan akses oksigen adalah yang memutuskan untuk isolasi mandiri (isoman) di rumah setelah ditolak dirawat di rumah sakit. Mengenai kendala di lapangan, dia menyebutkan ada beberapa alasan.

Alasan pertama karena tidak ada tabung oksigen medis, kemudian kedua terkendala informasi terkait ketersediaan oksigen. Menurut Said,  warga di daerah suburban atau rural sulit mencari oksigen medis. Akhirnya, pasien isoman yang susah mengakses oksigen kemudian meninggal dunia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement