Rabu 28 Jul 2021 12:29 WIB

Kemensos Siagakan Posko Antisipasi Potensi Tsunami Pacitan

Diperkirakan potensi tsunami dapat terjadi dengan ketinggian gelombang hingga 18 mete

Rep: Amri Amrullah / Red: Agus Yulianto
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengingatkan, prediksi bencana yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Foto: Istimewa
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengingatkan, prediksi bencana yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengingatkan, prediksi bencana yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Termasuk dia mengingatkan, terkait prediksi adanya ancaman tsunami di pantai Selatan Jawa.

Dalam Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Pacitan, Selasa (27/7) malam, Mensos menyiagakan posko kebencanaan di Pacitan. Sekaligus, dia mengungkapkan, tiga pesan untuk siaga menghadapi potensi tsunami.

"Saya ingin menyampaikan evaluasi dari Kepala BMKG  terhadap kondisi Kabupaten Pacitan yang berpotensi terjadi bencana tsunami," kata Mensos yang akrab disapa Risma ini.

Pertama, early warning system atau sistem peringatan dini yakni dengan pengawasan pantai melalui alarm yang akan mengingatkan warga di pantai apabila ada indikasi akan terjadi bahaya gempa dan tsunami. Kedua, menyiapkan upaya penyelamatan diri.

Hal ini terkait sarana prasarana dan aksesibilitas bagi masyarakat untuk  menyelamatkan diri secepatnya ketika terjadi bencana. Rambu-rambu petunjuk evakuasi, lanjutnya, masih kurang. Perlu diperbanyak dan disediakan di tempat-tempat yang memang biasa dikunjungi orang.

Lalu jalur evakuasi juga harus diperbanyak serta jembatan menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang terputus harus diperbaiki. "Untuk teman-teman Tagana (Taruna Siaga Bencana), saya minta untuk bantu pemetaan evakuasi, hambatannya apa, serta aksesnya seperti apa," kata Mensos.

Ketiga, menggunakan kearifan lokal. Menurut Mensos, kearifan lokal yang sudah ada dapat digunakan karena telah teruji sejak lama. Mensos mencontohkan, tsunami di Aceh yang salah satu dampaknya dirasakan di Kabupaten Sumeulue. 

"Di sana waktu saya lihat korban yang jatuh tidak banyak. Ternyata ada kearifan lokal seperti bangunan-bangunan rumah yang berupa kayu gitu semacam tahan gempa. Masyarakat (secara turun temurun) juga bisa membedakan gempa yang berpotensi tsunami dan mereka segera lari ke atas bukit. Hal-hal seperti itu yang bisa kita gali," katanya.

Terkait pembangunan shelter atau tempat pengungsian sementara akan didiskusikan dengan pihak terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

"Berkali-kali Kepala BMKG menyampaikan, ramalan ini bukan sekedar ramalan, tapi itu hasil analisa dan penelitian dari para ahli tentang kebencanaan. Karena itu, alangkah bijaksana kita bisa mengantisipasi agar tidak terjadi korban yang lebih banyak. Sosialisasi pun harus terus menerus dilakukan," kata Mensos tegas.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, mengatakan, menurut hasil penelitian, Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kawasan di garis pantai selatan pulau Jawa yang berpotensi terjadi gempa tsunami. 

"Diperkirakan potensi tsunami dapat terjadi dengan ketinggian gelombang hingga 18 meter dengan waktu tiba sekitar 26 menit setelah terjadi gempa bumi," kata Rahmat. 

Hadir dalam rapat Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Ssial Pepen Nazzarudin, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, dan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, serta Taruna Siaga Kabupaten Pacitan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement