REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya mendesak pemerintah pusat untuk bergerak lebih cepat mengatasi kelangkaan oksigen. Ini guna memenuhi kebutuhan penanganan pasien di rumah sakit yang saat ini kondisinya sudah krisis.
"Pasokan oksigen dari stasiun pengisian oksigen semakin menipis. Bahkan, ada rumah sakit di Kota Bogor, menghentikan sementara layanan IGD (instalasi gawat darurat), karena oksigennya habis," kata Bima Arya, di Kota Bogor, Sabtu (17/7).
Bima Arya telah mendatangi tiga stasiun pengisian oksigen di Kabupaten Bogor, yang selama ini memasok oksigen untuk kebutuhan rumah sakit di Kota Bogor, pada Jumat (16/7). Ketiga stasiun pengisian oksigen tersebut adalah, PT Sandara Baswana Gas di Kecamatan Citeureup, PT Rezki Gasindo Jaya di Kecamatan Gunung Putri, dan PT Aneka Gas Industri (Samator) di Kecamatan Cileungsi, di Kabupaten Bogor.
Menurut Bima, pengelola dari ketiga stasiun pengisian oksigen tersebut mengeluhkan, bahwa pasokan oksigen dari agen besar di Jakarta berkurang dan bahkan kadang-kadang tidak memasok. "Semua mengeluhkan, pasokan dari pabrikan tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan. Jadi, kalau ada pasokan sedikit-sedikit, dipaksa disalurkan ke rumah sakit yang betul-betul membutuhkan," katanya.
Bima juga menjelaskan, Pemerintah Kota Bogor, saat ini telah membeli 150 unit tabung oksigen ukuran 6m3 untuk diisi ulang dan disalurkan ke rumah sakit. Menurut dia, dengan memiliki 150 tabung oksigen, Pemerintah Kota Bogor membuat skema pasokan oksigen dari beberapa sumber, seperti bantuan dari PT Krakatau Steel sebanyak 200 tabung per hari, dari Gerakan Anak Negeri dan Relawan Siaga, serta bantuan dari Posko Oksigen Provinsi Jawa Barat, dan CSR swasta.
Menurut Bima Arya, ada banyak dampak kelangkaan oksigen untuk kebutuhan medis di rumah sakit ini, di antaranya angka kematian pasien COVID-19 di rumah sakit maupun yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah. "Juga berdampak pada keterisian tempat tidur pasien di rumah sakit. Karena tidak ada oksigen, maka pasien yang membutuhkan bantuan pernafasan, tidak bisa dilayani. Jadi, semuanya harus bergerak cepat mengatasi kondisi kelangkaan oksigen ini," katanya.
Menurut Bima, laporan dari rumah sakit, ada rumah sakit yang sampai menghentikan sementara layanan IGD karena oksigennya habis. "Jadi, situasinya memang darurat. Kondisi ini disiasati dengan cara membagikan dulu oksigen seadanya ke rumah sakit yang membutuhkan," katanya.