Rabu 07 Jul 2021 14:56 WIB

Redesain Dana PEN Akibat Tekanan Varian Delta

Pertumbuhan ekonomi kuartal tiga bergantung keberhasilan tangani varian delta.

Sejumlah kendaraan roda empat melitas di ruas Tol Dalam Kota, Jakarta, Selasa (6/7). Selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat beberapa lokasi akses keluar jalan tol dalam kota akan dilakukan pengendalian mobilitas yang dilakukan melalui dua cara, yakni dengan pemeriksaan kendaraan secara selektif dan penyekatan secara total. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi penyebaran Covid-19, khususnya di wilayah DKI Jakarta.Prayogi/Republika
Foto:

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Raden Pardede, menyebutkan realisasi anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) hingga semester I 2021 telah mencapai Rp 252,3 triliun atau 36,1 persen dari pagu Rp 699,43 triliun. "Realisasi PEN terus diakselerasi hingga mencapai Rp 252,3 triliun dan pemerintah mendorong terus kendala-kendala yang muncul dalam penyerapan dan implementasi program," katanya, Rabu.

Raden mengatakan realisasi anggaran PEN sebesar Rp 252,3 triliun tersebut di antaranya meliputi PKH sebesar Rp 13,96 triliun bagi 9,9 juta KPM dari total alokasi untuk tahun ini sebesar Rp 28,31 triliun untuk 10 juta KPM. Kemudian, kartu sembako yang realisasinya hingga Juni 2021 sebesar Rp 17,75 triliun untuk 15,9 juta KPM dari total alokasi 2021 sebesar Rp 40,19 triliun bagi 18,8 juta KPM.

Realisasi BLT dana desa sampai Juni mencapai Rp 4,99 triliun bagi 5 juta KPM dari total pagu Rp 28,8 triliun untuk tahun ini bagi 8 juta KPM. Realisasi juga terdiri atas kartu prakerja yang hingga semester I-2021 mencapai Rp 10 triliun kepada 2,8 juta peserta dari total pagu Rp 20 triliun.

Ia melanjutkan, di tengah PPKM mikro dan PPKM darurat, pemerintah juga menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi melalui kebijakan yang diperpanjang implementasinya. Perpanjangan implementasi insentif pemerintah meliputi diskon listrik dari enam bulan menjadi sembilan bulan yaitu sampai September dengan sasaran 32,6 juta pelanggan dan total anggaran Rp 7,58 triliun dari alokasi semester I Rp 5,67 triliun dan penambahan Rp 1,91 triliun.

Bantuan rekening minimum dan biaya beban atau abonemen juga diperpanjang menjadi sembilan bulan yaitu sampai September dengan sasaran 1,14 juta pelanggan dan total anggaran Rp 1,69 triliun yaitu dari alokasi semester I Rp 1,27 triliun dan tambahan dana Rp 0,42 triliun. Bantuan produktif ultramikro (BPUM) turut diperpanjang menjadi sembilan bulan yaitu sampai September dengan penambahan target sebanyak 3 juta penerima baru dan total anggaran Rp 15,36 triliun bagi 12,8 juta usaha mikro. Bansos tunai diperpanjang dua bulan dengan 10 juta KPM dan total anggaran Rp 18 triliun yaitu dari alokasi semester I Rp 11,9 triliun dan terdapat tambahan Rp 6,1 triliun.

Upaya untuk menekan ledakan kasus Covid-19 namun agaknya bisa terkendala dengan perilaku masyarakat yang abai terhadap disiplin melawan virus corona. Survei yang dilakukan Media Survei Nasional menemukan fakta ada 39,6 persen responden yang merasa biasa saja terhadap Covid-19. Responden yang menjawab tidak takut sebanyak 5,6 persen, dan sangat tidak takut 3 persen.

Tapi sebanyak lebih dari 50 persen responden menyatakan merasa takut dengan Covid-19. Rinciannya, sebanyak 17,9 persen menyatakan sangat takut, dan 33,9 menyatakan takut.

"Jadi kalau ditotal itu kurang lebih 51,8 persen," kata Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun dalam pemaparan hasil survei yang dilakukan secara daring, Rabu (7/7).

"Angka ini menurut saya agak membahayakan artinya orang yang mengatakan bahwa covid biasa-biasa saja itu akhir Juni lalu angkanya 39,6 persen, kemudian yang menyatakan tidak takut 5,6 persen, sangat tidak takut itu 3 persen, jadi ini hampir berimbang antara yang menyatakan takut, dan kurang lebih biasa-biasa saja atau tidak takut," ujarnya.

Ia berharap pemerintah dan DPR bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara masif terkait bahaya Covid-19. "Mudah-mudahan ini nantinya perlu sosialisasi yang masif dari kita semua agar masyarakat ini tetap waspada terhadap covid 19," ungkapnya.

Untuk diketahui survei dilakukan pada 21 Juni-26 Juni 2021. Survei dilakukan di media sosial menggunakan rancangan non probabiilty sampling dengan kuesioner bebasis google form yang disebarkan melalui media sosial Facebook dengan target pengguna aktif Facebook berusia 17-60+. Hasil survei yang terkumpul sebanyak 1.089 responden.

Sementara itu, PPKM darurat menyebabkan banyak orang takut keluar rumah termasuk untuk mendatangi lokasi vaksin. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengakui laju vaksinasi Covid-19 menurun selama penerapan PPKM darurat.

"Karena kasus yang terus meningkat membuat masyarakat cenderung untuk di rumah seiring dengan pelaksanaan PPKM Darurat," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, Rabu (7/7).

Padahal, dia melanjutkan, sentra vaksinasi tetap dibuka namun target sasaran tidak berani ke tempat vaksin. Ia meminta kalau masyarakat bisa mendatangi sentra vaksinasi, maka mereka bisa segera disuntik. Nadia meminta masyarakat datang ke sentra vaksinasi dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Terkait solusi untuk mengatasi masalah ini, Nadia mengaku Kemenkes kini masih fokus pada kasus Covid-19. Kini, dia melanjutkan, Kemenkes masih berupaya menurunkan laju kasus Covid-19 yang tengah meningkat. "Setelah itu, kami kebut vaksinasinya," ujarnya.

photo
Infografis: Angka Kematian Naik 400 Persen di akhir Juni, Jabar dan DKI Tertinggi - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement