Rabu 07 Jul 2021 10:35 WIB

Gubernur Erzaldi: Petani Harus Jadi Pengusaha di Ladangnya

Gubernur Erzaldi harap petani paham bahwa produktivitas dan mutu adalah nilai tambah

 Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman saat membuka Pertemuan Koordinasi Pembangunan Perkebunan di Hotel Santika, Sijuk, Kabupaten Belitung, Senin (5/7).  Erzaldi Rosman menyatakan fokus utama pemda adalah mendorong para petani bisa menjadi pengusaha yang mampu mengatur dan mengelola lahannya.
Foto: Pemprov Babel
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman saat membuka Pertemuan Koordinasi Pembangunan Perkebunan di Hotel Santika, Sijuk, Kabupaten Belitung, Senin (5/7). Erzaldi Rosman menyatakan fokus utama pemda adalah mendorong para petani bisa menjadi pengusaha yang mampu mengatur dan mengelola lahannya.

REPUBLIKA.CO.ID, BELITUNG -- Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman menyatakan fokus utama pemda adalah mendorong para petani bisa menjadi pengusaha yang mampu mengatur dan mengelola lahannya. Hal ini karena petani berada pada mata rantai sektor jasa yang tiap aktivitasnya dinilai dan dihargai.

Hal ini dikatakan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman saat membuka Pertemuan Koordinasi Pembangunan Perkebunan di Hotel Santika, Sijuk, Kabupaten Belitung, Senin (5/7).

Erzaldi mengatakan jika memperhatikan pemetaan asesmen 9 kotak, sektor ekonomi prioritas yang aman dikembangkan berdasarkan dampak ekonomi dan risiko penularan Covid-19, sektor yang termasuk memberikan dampak ekonomi yang tinggi namun memiliki risiko penularan rendah antara lain, pertanian, kehutanan, dan perkebunan.  

“Mulai tahun 2018, tren perkebunan di Babel terus meningkat. Beberapa komoditi kita menunjukan nilai jual. Hal ini tentunya tidak terlepas dari upaya untuk melakukan konsolidasi dan koordinasi dalam upaya menemukan solusi agar dapat terus memberdayakan masyarakat. Kolaborasi ini mutlak dilakukan dari hulu hingga ke hulu. Yang mana dalam hal ini sinergi antara pusat, provinsi, kota, hingga desa,” ungkap Gubernur Erzaldi berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (7/7). 

Disampaikannya, banyak komoditi yang dikembangkan, bibit berkualitas dibagikan. Perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan pun dipenuhi. Tidak hanya itu pendampingan terus dilakukan. Namun, seperti halnya hukum ekonomi, ketika permintaan meningkat dan barang sedikit maka, harga produk akan menjadi mahal. Sedangkan, ketika barang lebih banyak daripada permintaan maka harga produk menjadi murah. Karenanya, untuk menjaga nilai tukar petani, perlu dilakukan ekspor produk. 

“Strategi kita harus sudah berorientasi ekspor. Yang penting komoditi yang kita pilih ini cocok untuk dikembangkan di daerah kita. Selain itu, kita juga harus memastikan bahwa komoditi ini telah memiliki pembeli. Jangan coba-coba mengembangkan komoditas yang tidak ada pembelinya,” jelasnya. 

Diketahui saat ini, beberapa komonitas eksisiting Babel seperti lada, karet, dan kelapa sawit masih menunjukan andil yang cukup besar dari produksi. Meski begitu, pemerintah masih berupaya untuk mengembangkan komoditi pendamping lain seperti kacang dan kopi.

Oleh karena itu forum ini digelar untuk menyamakan persepsi antara pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Pada forum ini juga dilakukan identifikasi segala permasalahan yang terjadi di daerah, mencari solusi dengan mensinergikan berbagai pihak terkait. Hal ini bertujuan demi kepentingan rakyat. 

Harapannya, dari forum diskusi ini para stake holder dapat mengidentifikasikan kendala yang menjadi penghambat terbentuknya lingkup ekonomi bagi para petani. Produktivitas, mutu, dan produksi harus terus diperhatikan. Diyakininya, jika poin ini diperhatikan, maka daya saing dapat diraih. 

“Dengan satu tekad. Kita mau menambahkan nilai tambah kepada petani. Berupaya agar nilai tukar petani kita terus bertambah. Kita mengemas ini menjadi produk strategi kebijakan. Sehingga ke depannya, pertanian dan perkebunan ini dapat memberikan manfaat yang baik dan besar kepada masyarakat,” jelasnya.

Gubernur Erzaldi juga menjelaskan tugas para stake holder ini untuk terus melakukan pendampingan dan pembinaan. "Alasan mengapa nilai tukar petani kita rendah adalah karena nilai jual ini diambil daerah atau negara lain. Petani yang tidak mengerti apa-apa akan menjual barang mentah, tanpa tahu jika diolah sedikit, seperti perbaikan pada pengemasan maka dapat meingkatkan nilai jual produk," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement