Selasa 06 Jul 2021 17:27 WIB

Ketersediaan Oksigen di Kota Tasikmalaya Diklaim Aman

Sejauh ini belum terdapat laporan pasien Covid-19 kekurangan oksigen.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah pasien menjalani perawatan di pelataran IGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soekardjo, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (23/6/2021). Pasien terpaksa antre bahkan belasan diantaranya terpaksa menunggu di lorong IGD dikarenakan ruang isolasi COVID-19 di RSUD dr Soekardjo penuh dengan Bad Occupancy Rate (BOR) melebihi 100 persen.
Foto: Antara/Adeng Bustami
Sejumlah pasien menjalani perawatan di pelataran IGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soekardjo, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (23/6/2021). Pasien terpaksa antre bahkan belasan diantaranya terpaksa menunggu di lorong IGD dikarenakan ruang isolasi COVID-19 di RSUD dr Soekardjo penuh dengan Bad Occupancy Rate (BOR) melebihi 100 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya ketersediaan oksigen di selutuh fasilitas kesehatan (faskes) untuk penanganan pasien Covid-19 masih mencukupi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, ketersediaan oksigen untuk pasien Covid-19 masih aman hingga lima hari ke depan. 

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Titie Purwaningsari mengatakan, sejauh ini belum terdapat laporan pasien Covid-19 kekurangan oksigen. Namun, ia mengakui jumlah pasien Covid-19 yang perlu ditangani dengan oksigen semakin meningkat setiap harinya. 

"Saya belum mendengar ada rumah sakit di Kota Tasikmalaya kehabisan oksigen, tapi memang kebutuhan meningkat," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Selasa (6/7). 

Ia menyebutkan, secara keseluruhan, ketersediaan oksigen di seluruh faskes di Kota Tasikmalaya mencapai 7.838.095 liter. Sementara kebutuhan oksigen per harinya mencapai 1.854.115 liter untuk pasien Covid-19 dan 424.345 liter untuk pasien non-Covid-19.

Menurut dia, setidaknya hingga lima hari ke depan, kebutuhan oksigen masih akan tercukupi. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) juga disebut siap membantu pasokan oksigen ke rumah sakit apabila dibutuhkan. 

Kendati demikian, Titie mengatakan, kendala terbesar yang saat ini dihadapi adalah seluruh rumah sakit di Kota Tasikmalaya belum punya tangki penampungan oksigen. Alhasil, Pemprov Jabar tak bisa maksimal menyalurkan penyediaan oksigen."Kita minta setiap rumah sakit punya tangki dulu. Agar provinsi juga bisa membantu," kata dia.

Ia menambahkan, berdasarkan laporan dari sejumlah rumah sakit, pasokan oksigen mulai mengalami keterlambatan. Akibatnya, potensi pasien kekurangan oksigen tetap dapat terjadj dalam beberapa hari ke depan. 

"Permasalahan yang harus diangkat adalah belum punya tengki oksigen. Kita sudah dengar progres dari rumah sakit, tapi sekarang harusnya bukan progres lagi, tapi aksi nyata. Mudah-mudahan satu dua minggu ini sudah ada," kata dia.

Wakil Direktur RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya, Deni Diyana mengatakan, hingga saat ini tak ada kekurangan pasokan oksigen di tempatnya. Sebab, pengiriman dari penyedia oksigen masih berjalan lancar."Di RSUD sampai saat ini aman karena kita dari penyedia lanca, tak ada masalah," kata dia ketika dikonfirmasi Republika.

Menurut dia, ketersediaan oksigen yang ada masih dapat memenuhi kebutuhan 129 pasien Covid-19 yang saat ini diisolasi di RSUD dr Soekardjo. Bahkan, ia mengklaim, meski pun seluruh ruang isolasi, yang berkapasitas menampung 138 pasien, di RSUD dr Soekardjo terisi, ketersediaan oksigen masih dalam kondisi aman. 

Kendati demikian, Deni mengatakan, pihaknya terus antisipasi kekurangan pasokan oksigen dengan terus memantau ke distributor. Pihaknya juga selalu memesan oksigen ke distributor sebelum persediaan di rumah sakit kosong.

Ihwal tangki oksigen, ia menambahkan, hingga saat ini belum ada rencana untuk disediakan di RSUD dr Soekardjo. "Saya rasa fasilitas yang ada sekarang masih memadai. Kalau memang nanti diperlukan, kita sediakan," 

Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Doni Hermawan mengatakan, pihaknya sudah memberikan imbauan kepada distributor oksigen untuk memprioritaskan kebutuhan pelayanan medis. Sementara kebutuhan oksigen untuk sektor industri dapat dikesapingkan dahulu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement