Senin 05 Jul 2021 11:39 WIB

Oksigen Terbatas, RS di Bandung Berlakukan Sistem Buka Tutup

Layanan bagi pasien yang tidak membutuhkan oksigen tetap berjalan.

Rep: fauzi ridwan/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja melakukan proses isi ulang tabung oksigen di agen isi ulang oksigen, Jalan A H Nasution, Arcamanik, Kota Bandung.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pekerja melakukan proses isi ulang tabung oksigen di agen isi ulang oksigen, Jalan A H Nasution, Arcamanik, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Sejumlah rumah sakit di wilayah Kota Bandung memberlakukan sistem layanan buka tutup kepada pasien baru dengan gejala gangguan pernapasan. Kebijakan tersebut ditempuh mengingat ketersediaan dan suplai oksigen dari distributor yang terbatas.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr Ahyani Raksanagara mengatakan, beberapa rumah sakit memberlakukan sistem layanan buka tutup bagi pasien baru yang membutuhkan oksigen. Layanan bagi pasien yang tidak membutuhkan oksigen tetap berjalan.

"Sebetulnya bukan Covid-19 tapi apapun jenis penyakit yang memerlukan oksigen. Kalau yang tidak membutuhkan oksigen itu tetap melayani. Al Islam, RSUD Kota Bandung, RSKIA buka tutup (layanan)," ujarnya kepada wartawan, Senin (5/7).

Ia mengatakan, salah satu rumah sakit swasta yaitu Rumah Sakit Eideilweiss turut memberlakukan buka tutup layanan. Terlebih pada rumah sakit tersebut banyak tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar oleh Covid-19.

Ahyani mengatakan, saat ini RSUD Kota Bandung dan RS Al Islam masih menutup sementara layanan untuk pasien baru yang bergejala gangguan pernapasan. Mereka masih berhitung ketersediaan oksigen yang ada di rumah sakit.

"Iya kan harus ngitung dulu, Al Islam di dalam harus diitung (kebutuhannya) di ICU, di tempat tidur di dalam diitung dulu. Intinya seperti itu sampai saat ini seluruh indonesia gak ada kepastiaan sehingga rumah sakit khawatir di dalam (pasien dirawat) yang pasti pakai gak terlayani," katanya.

Ia mengatakan, kendala yang dihadapi rumah sakit saat ini yaitu tidak memiliki tabung cadangan besar untuk menyimpan oksigen yang digunakan saat masa darurat. Pihaknya juga mendapatkan informasi jika para distribur dan agen belum dapat memastikan bisa memenuhi kebutuhan rumah sakit dalam beberapa hari ke depan.

Terkait isu penimbunan oksigen, ia mengaku tidak dapat berkomentar banyak. Sebab, pihaknya hanya pengguna sedangkan untuk pengawasan dilakukan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement