REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wikan Sakarinto mengatakan dampak pandemi menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia turun 0,74 persen dibanding 2020. Turunnya pertumbuhan ekonomi ini diikuti dengan pertumbuhan industri, terutama pada penyerapan tenaga kerja.
"Jadi, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan pun semakin sulit di masa pandemi. Karena industri yang akan menyerap tenaga kerja semakin selektif," kata Wikan, dalam keterangannya, Rabu (30/6).
Ia mengatakan, tantangan bagi tenaga kerja saat ini adalah bagaimana untuk bertahan dengan kompetisi di masa pandemi. Perusahaan-perusahaan membutuhkan karyawan dengan kompetensi baru karena pandemi ini mengakibatkan disrupsi banyak hal dan mengubah tatanan.
Terkait hal itu, Wikan membuat formulasi seperti piramida dunia kerja. Ia memperhatikan piramida bagian bawah yang paling besar, yaitu Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP). LKP saat ini jumlahnya sekitar 16 ribu di seluruh Indonesia.
"Ini merupakan pendidikan nonformal vokasi yang harapannya benar-benar menyelamatkan bonus demografi kita dan membantu meningkatkan kompetensi di masa pandemi Covid-19," kata dia lagi.
Sementara itu, Direktur LPP Ariyanti, Ishviastuti Oskar menuturkan eksistensi LKP sebagai salah satu layanan pendidikan vokasi memiliki peran dan tanggung jawab dalam memberikan akses kepada masyarakat agar memiliki dan meningkatkan kompetensi. LPP Ariyanti berdiri sejak tahun 1968 telah turut serta membantu pemerintah dalam mencerdaskan bangsa.
Ishvi menambahkan bahwa pada awalnya LPP Ariyanti hanya menyediakan program pendidikan reguler atau paket pelatihan bulanan yaitu program pendidikan kewanitaan meliputi Tata Kecantikan Rambut dan Tata Kecantikan Kulit. Namun, pada tahun 1982 seiring dengan perkembangan dan kebutuhan pasar kerja, lembaganya membuka program pendidikan satu tahun siap kerja, dan diberikan nama Lembaga Pendidikan LPP Ariyanti.
Wikan menyimpulkan, dalam rangka mengisi dan memanfaatkan periode bonus demografi, khususnya pada masa pandemi Covid-19, semua pihak harus berkolaborasi dalam meningkatkan kompetensi masyarakat.
"Memiliki kompetensi dasar saja tidak cukup sehingga anak-anak didik kita harus terus melakukan peningkatan dan pengembangan kompetensi diri yang akan meningkatkan daya jual dalam memenangkan kompetisi di dunia kerja termasuk dalam persaingan global," kata Wikan.