REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR — Sebuah tenda darurat tengah dibangun di halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor. Tenda tersebut akan digunakan untuk pasien IGD Umum, sehingga ruang IGD yang ada bisa digunakan seluruhnya untuk pasien Covid-19.
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto mengatakan, tenda tersebut dapat menampung 15 hingga 20 tempat tidur untuk pasien umum. Sehingga, nantinya pasien umum dan pasien Covid-19 tidak bercampur di IGD.
“Saya minta RSUD Kota Bogor memaksimalkan IGD untuk Covid-19. Jadi IGD yang lama sudah sangat penuh, bahaya sekali kalau semua bercampur di sana. Tenda ini akan difokuskan untuk IGD Umum,” kata Bima Arya, Selasa (29/6).
Lebih lanjut, Bima Arya mengatakan, rencananya tenda serupa akan disiapkan di dua titik. Saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah menyiapkan dua tempat tersebut.
Selain itu, Bima Arya juga meminta RSUD Kota Bogor untuk merapikan jalur proses identifikasi pasien atau triase. Agar tidak terjadi penumpukan pasien.
“Saya minta agar RSUD semaksimal mungkin agar tidak terjadi penumpukan. Saya mints triasenya dirapikan, harus jelas jalurnya, jangan sampai semuanya tertumpuk, triasenya berantakan, dan jangan sampai semua berkumpul disitu dan harus dipisahkan,” jelasnya.
Diperkirakan, tenda tersebut akan siap digunakan pada Jumat (2/7) ini. Bersamaan dengan pusat isolasi berbasis masyarakat dan Rumah Sakit Lapangan Kota Bogor. Pusat isolasi berbasis masyarakat tersebut menggunakan bangunan kost, wisma milik warga, dan gedung serbaguna di beberapa wilayah.
“Jadi pada pekan ini tenda darurat beroperasi, wisma isolasi beroperasi, RS Lapangan beroperasi. Jadi pekan ini kita tambah ratusan untuk isolasi dan tempat tidur,” ucapnya.
Sementars itu, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Kota Bogor, Sari Chandrawati mengatakan, total tempat tidur IGD di RSUD Kota Bogor terdiri atas 20 tempat tidur IGD Umum dan 15 tempat tidur IGD Covid.
Saat ini, 15 tempat tidur IGD Covid-19 sudah terisi penuh. Sementara, kata dia, pasien-pasien terus berdatangan sehingga sebaiknya pasien IGD Umum dipisah. Yakni ke tenda darurat.
“Kita juga menyesuaikan dengan sumber daya masyarakat (SDM) kita. Ketika SDM jatuh sakit, maka ads kemungkinan kita juga akan menurunkan tempat tidur. Kadang ada yang tanya kenapa kok tempat tidur nggak ditambah? Karena kita nggak mungkin sediakan tempat tidur tapi nggak ada SDM-nya,” pungkasnya.