REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan menggencarkan operasi yustisi di kawasan Bandung Raya. Operasi bersama TNI-Polri, satgas kabupaten/kota menyusul status siaga 1 Bandung Raya.
Menurut Kepala Satpol PP Jabar M.A. Afriandi, operasi yustisi ini diberi nama Operasi Senyum yang bertujuan sosialisasi dan edukasi masyarakat penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid 19, yakni 5M memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas.
Ade menjelaskan, area operasi mencakup empat daerah aglomerasi Bandung Raya yakni Kota Bandung-Kabupaten Bandung-Bandung Barat-Kota Cimahi. Saat ini, dua daerah masuk zona merah yakni Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.
"Petugas gabungan satpol PP, Brimob Polda Jabar, Denpom TNI, dan satgas kecamatan akan menyasar titik-titik rawan seperti perbatasan kota dan spot keramaian lain yang berpotensi ada transmisi virus," ujar Ade kepada wartawann Ahad (27/6).
Menurutnya, operasi sendiri sudah dimulai Jumat (25/6), dan berlangsung hingga Ahad (27/6) di bawah koordinasi Divisi Komunikasi Publik Perubahan Perilaku dan Penegakan Aturan (KP4A). Ade mengatakan, total sebanyak 190 personel gabungan akan bekerja di empat wilayah secara serentak. Sebanyak 70 personel di antaranya merupakan petugas gabungan tingkat Jabar, termasuk Brimob dan Denpom TNI.
"Kami sudah mulai dengan sosialisasi atau Operasi Senyum di titik-titik rawan kerumunan, terutama di perbatasan wilayah. Nah, hari ini operasi yustisi dengan sanksi tegas mulai diterapkan," katanya.
Afriandi menyebutkan operasi senyum merupakan operasi untuk mendorong masyarakat patuh protokol kesehatan. Titik operasi dilaksanakan antara lain di irisan wilayah kota dan kabupaten, seperti Melong, Cijerah, Marga Asih, Gempol, Lembang, dan Cimenyan.
Sosialisasi juga, kata dia, dilakukan di kawasan publik dan rumah sakit, seperti di Gasibu, Monumen Juang, GOR Saparua, dan lainnya. Rumah sakit juga menjadi perhatian karena sering terjadi kerumunan keluarga pasien yang sedang menjenguk atau mengantar.
Meski bernama Operasi Senyum, kata dia, namun petugas tetap akan memberlakukan sanksi baik berupa denda uang maupun kurungan bagi pelanggar prokes sesuai undang- undang berlaku. "Setelah kemarin sosialisasi dan edukasi, maka tidak ada alasan lagi jika ada pelanggaran. Operasi yustisi (pengawasan dan penindakan) dan sidang di tempat mulai dilakukan," katanya.
Ade menambahkan sanksi bagi pelanggar ditetapkan sesuai dengan Perda Nomor 13 tahun 2018 junto No 5/2021 dengan sanksi denda atau ancaman pidana kurungan. Untuk diketahui, denda maksimal bagi perorangan senilai Rp 5 juta dan bagi pelaku usaha Rp 50 juta, ditambah kurungan tiga bulan.