Jumat 25 Jun 2021 19:42 WIB

Ridwan Kamil Sebut Stok Oksigen Aman Sampai Empat Hari

Jabar menerapkan pola hulu-hilir guna mengurangi tingkat keterisiaan tempat tidur.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Slamet Kabupaten Garut, Jumat (25/6).
Foto: Biro Adpim Jabar
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Slamet Kabupaten Garut, Jumat (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta masyarakat tak khawatir terkait stok oksigenn. Kata dia, secara keseluruhan stok oksigen di Jawa Barat masih aman untuk tiga sampai empat hari. Meskipun, ada satu daerah yang masih kekurangan stok oksigen di rumah sakit dan puskesmas

"Kalau catatan saya sebenarnya di Jawa Barat masih aman tiga sampai empat hari. Tapi pasti di dalam rata-rata. Pasti ada satu dua daerah saya kira bisa diselesaikan dulu oleh Pak Bupati. Kalau Pak Bupati sudah bendera putih baru Pemerintah Provinsi," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Jumat (25/6).

Emil mengatakan, Jabar akan menerapkan pola hulu – hilir guna mengurangi tingkat keterisiaan tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/BOR) di rumah sakit. 

Menurutnya, pola hulu dan hilir akan dilakukan oleh Pemprov Jawa Barat. Diharapkan dengan pola ini angka BOR di rumah sakit yang ada di Jawa Barat bisa kembali turun.

"Dalam situasi darurat, Jawa Barat melakukan pola hulu dan pola hilir untuk mengurangi BOR rumah sakit," katanya.

Emil menjelaskan, pola hulu adalah dengan menyiapkan tempat isolasi di desa-desa. Sehingga masyarakat sekitar yang terpapar Covid-19 namun memiliki gejalan ringan tidak perlu dilarikan ke rumah sakit.

"Apa itu pola hulu? Pola hulu itu seperti ini jadi sebelum ke rumah sakit yang ringan sedang enggak usah ke rumah sakit cukup dirawat di sini. Karena waktu di Bandung Raya sepertiganya itu ternyata tidak perlu di Rumah Sakit. Tapi karena kurang edukasi sehingga membebani kasur-kasur tempat tidur di rumah sakit," paparnya.

Sedangkan untuk pola hilir, kata dia, adalah dengan memindahkan atau transisi pasien Covid-19 yang akan sembuh ke beberapa tempat dari mulai hotel, apartemen, rusun hingga tempat isolasi di desa-desa. Sehingga pasien Covid-19 yang benar-benar membutuhkan penanganan medis bisa diakamodasi di rumah sakit.

"Sehingga tempat tidur di rumah sakit yang terbatas itu betul-betul hanya mereka yang butuh penanganan emergency dan kondisi lagi berat," katanya. 

Pola hulu ke hilir ini sudah dilaksanakan di beberapa daerah. Hanya saja, Kang Emil berpesan agar pola hulu ke hilir ini bisa lebih dimaksimalkan. 

"Pola hulu dan hilir ini lah yang di Garut sudah dilaksanakan tinggal dimaksimalkan, sehingga ini contoh ada yang kena (Covid-19) lima warga tinggal di sini dan sembuh. Bayangkan kalau tidak ada ini dan tanpa pengetahuan berarti si lima ini lari semua ke RSUD, nah itu yang akan bikin kolaps. Kurangnya pengetahuan," kata Emil. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement