REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Empat petani milenial binaan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (Dinas TPH) Provinsi Jawa Barat (Jabar) memanen jagung hibrida di lahan Satpel Cikadu Balai Benih Holtikultura (BBH) Dinas TPH Jabar, Kabupaten Cianjur.
Kepala Dinas TPH Jabar Dadan Hidayat, ada 116 petani milenial yang mendaftar. Namun, dari jumlah tersebut, hanya empat petani milenial yang memenuhi syarat, seperti usia 19-39 tahun dan lolos BI Checking.
"Pemilihan komoditas jagung disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Saat ini, Jabar saja membutuhkan 3 juta ton jagung setiap tahun. Namun, hanya bisa memenuhi sekitar 1,5 ton jagung. Dari situ, kami melihat potensi pasar jagung terbilang besar," ujar Dadan, Rabu petang (23/6).
Untuk tahap selanjutnya, kata Dadan, pihaknya akan beralih ke komoditas tanaman hias dan ubi jalar. Ini disesuaikan dengan komoditas untuk program Petani Milenial Juara.
"Tentu, pemilihan kedua komoditas tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan kami sudah memiliki offtaker untuk dua komoditas itu," katanya.
Selain pembinaan dan pendampingan, kata dia, petani milenial komoditas jagung mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran dalam usaha tani. Mereka dilatih bagaimana membudidayakan jagung dengan benar dan merespons permasalahan yang ada selama proses budidaya.
Dadan mengatakan, selain untuk meregenerasi petani dan mengubah wajah pertanian menjadi lebih segar, pihaknya berupaya menciptakan wirausaha baru di bidang pertanian.
"Setelah memanen hasilnya, mereka tentu mengetahui banyak hal tentang cara membudidayakan jagung hibrida dengan baik dan termotivasi untuk kembali memanen jagung secara mandiri," katanya.
Setiap petani milenial, kata dia, menggarap lahan seluas satu hektare untuk komoditas jagung hibrida. Penanaman jagung dilakukan pada 26 Februari 2021. Ini menjadi panen pertama bagi petani milenial binaan Dinas TPH Jabar.
"Hasil panen dibeli oleh PT Crowde Membangun Bangsa. Karena selain melakukan pembinaan dan pelatihan, kami lebih dulu mencari offtaker, meminjamkan lahan, dan mempermudah mereka mengakses permodalan di perbankan," kata Dadan.
Dadan melaporkan, satu hektare lahan menghasilkan 5,5-6 ton jagung hibrida. Harga jagung hibrida berada di angka Rp5.000 per kilogram. Jika ditotalkan, setiap petani milenial mampu mendapatkan Rp27,5 juta.
Sebelum membudidayakan jagung hibrida, petani milenial menjalani proses seleksi secara luring dengan melibatkan kepala desa di Kecamatan Cikadu dan Dinas TPH Kabupaten Cianjur.
Salah satu petani milenial binaan Dinas TPH Jabar, Abdul, mengatakan bahwa banyak pelajaran dan pengalaman yang ia dapatkan selama membudidayakan jagung, seperti menghadapi serangan ulat grayak.
"Saya juga jadi tahu bagaimana menanam jagung dengan baik dan benar, seperti jarak tanam tidak boleh terlalu rapat. Jika terlalu rapat, itu akan berpengaruh pada hasil panen," katanya.