REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketersediaan lahan saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan budidaya salak Condetkarena pesatnya laju pertumbuhan penduduk berakibat pada pergeseran lahan berkebun menjadi permukiman di DKI Jakarta.
"Mungkin sekarang agak kesulitan karena lokasi lahan agak sempit. Jadi, pengembangan salak Condet sering berbeda dengan keinginan masyarakat yang ingin menanam pohon-pohon di luar salak," kata Kepala Pusat Pengembangan Benih dan Proteksi Tanaman Dinas KPKP DKI Jakarta Ali Nurdin di Jakarta, Rabu (23/6).
Ali Nurdin mengatakan pesatnya laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan banyak lahan yang tadinya digunakan untuk berkebun berganti menjadi permukiman. Hal itu juga yang membuat keberadaan salak Condet semakin berkurang.
"Sebelumnya di hamparan Condet, Balekambang itu banyak di halaman rumah dan bantaran kalinya bertebar salak dan dukuh Condet," ujar Ali Nurdin.
Ali Nurdin menambahkan saat ini Pemprov DKI Jakarta memiliki lokasi budidaya salak Condet yang berada di Kelurahan Balekambang, Jakarta Timur, bernama Cagar Buah Condet dengan total luas lahan sekitar 3,3 hektar.
Ali Nurdin mengatakan lokasi yang kini menjadi Cagar Buah Condet itu dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta setelah dilakukan pembebasan lahan pada 2006."Pemda DKI Jakarta segera ambil inisiatif untuk bisa melestarikan yaitu dengan pembebasan lahan yang tadinya dimiliki masyarakat dibeli oleh Pemda DKI Jakarta," tutur Ali.
Dia mengatakan saat ini setidaknya ada seribu lebih pohon salak Condet yang dibudidayakan di lokasi tersebut.Ali melanjutkan bahwa kehadiran Cagar Buah Condet sebagai upaya pelestarian dan juga edukasi mengenai salah satu ikon DKI Jakarta tersebut kepada masyarakat.
"Tujuan utamanya adalah pelestarian, sebagai edukasi bahwa masih ada salak Condet di Jakarta," ujar Ali.