REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Tingkat keterisian ruang isolasi rumah sakit (RS) untuk pasien Covid-19 di Kota Tasikmalaya mencapai 89,81 persen per Rabu (23/6). Bahkan di sejumlah RS, beberapa pasien masih harus menunggu untuk masuk ke ruang instalasi gawat darurat (IGD).
Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Ivan Dickan mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk menambah kapasitas ruang isolasi untuk pasien Covid-19. Termasuk peralatan untuk penanganan pasien Covid-19 bergejala berat. "Kapasitas terus kita tambah, juga ketersediaan oksigen untuk pasien. Termasuk alat pelindung diri (APD) untuk para tenaga kesehatan (nakes)," kata dia.
Tak hanya itu, Pemerintah Kota Tasikmalaya juga akan memaksimalkan terpusat yang ada di RS Purbaratu dan RS Dewi Sartika. Apabila kapasitasnya masih bisa ditambah, itu akan dimaksimalkan.
Menurut dia, sulit untuk membuka tempat isolasi pasien Covid-19 terpusat baru. Sebab, membuka tempat baru berarti harus menambah relawan. Sementara anggaran jumlahnya terbatas. "Kita juga minta relawan bersedia jam kerja ditambah jika diperlukan. Karena memang situasi sekarang seperti ini," kata dia.
Ivan juga meminta satuan tugas (satgas) penanganan Covid-19 di tingkat kelurahan atau kecamatan membuat tempat isolasi terpusat jika diperlukan. Meski ia mengakui, tak setiap kelurahan di Kota Tasikmalaya memiliki fasilitas untuk dijadikan tempat isolasi terpusat.
"Kalau di kelurahan ada gor atau tempat lain, tak apa digunakan. Tapi sampai sekarang belum ada. Pasien Covid-19 saat ini kebanyakan dilarikan ke rumah sakit semua, mangkanya penuh," kata dia.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya per Rabu, total angka positif Covid-19 berjumlah 7.797 kasus, bertambah 52 kasus dari hari sebelumnya. Sebanyak 6.977 orang telah dinyatakan sembuh, 731 orang masih menjalani isolasi, dan 189 orang meninggal dunia.
Sementara tingkat keterisian RS untuk pasien Covid-19 berada di angka 89,81 persen. Dari 363 jumlah tempat tidur yang tersedia, 326 diantaranya terisi. Meski kapasitas ruang isolasi maish tersedia, di sejumlah rumah sakit terdapat pasien Covid-19 yang harus menunggu untuk masuk ke IGD. Di RS Jasa Kartini misalnya, terdapat dua orang pasien yang masih menunggu masuk ruang IGD. Sementara di RS Permata Bunda terdapat satu pasien Covid-19 menunggu masuk IGD. Sedangkan di RSUD dr Soekardjo terdapat 23 pasien yang mengantre masuk ke IGD.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 dalam dua pekan terakhir memang sangat luar biasa. Lonjakan itu disertai juga peningkatan pasien yang bergejala. Akibatnya, angka kematian akibat Covid-19 meningkat.
Menurut dia, pihakya terus berupaya menambah ruang isolasi di sejumlah rumah sakit untuk mengatasi tingkat keterisian yang tinggi. "Hari ini diusahakan tambah 40 tempat tidur di RSUD dr Soekardjo. Sedang disiapkan," kata dia ketika dikonfirmasi Republika.
Selain itu, pihaknya juga sedang dalam proses menambah ruang IGD untuk pasien Covid-19 di RSUD dr Soekardjo. Menurut dia, tambahan ruang IGD baru akan siap digunakan dalam dua atau tiga hari ke depan.
Uus menambahkan, dinas kesehatan telah mengeluarkan surat edaran agar RS swasta menambah ruang isolasi pasien Covid-19. Dalam surat edaran itu, setiap RS minimal menyediakan 20 persen dari kapasitas untuk ruang isolasi pasien Covid-19. Sebab, saat ini masih ada RS yang baru sedikit menyediakan, bahkan ada yang belum menyediakan, ruang isolasi."Kita juga sudah buat tim yang memantau tentang penambahan ruang isolasi di setiap rumah sakit," kata dia.
Tak hanya itu, Uus mengatakan, pihaknya juga akan menambah kapasitas tempat isolasi terpusat di RS Purbaratu dan RS Dewi Sartika. Apabila dipandang perlu, lanjut dia, pihaknya akan kembali menggunakan hotel sebagai tempat isolasi terpusat."Tapi kita prioritaskan tambah kapasitas rumah sakit dulu," kata dia.
Ihwal penggunaan puskesmas untuk tempat isolasi, Uus menilai, dapat dilakukan, khususnya puskesmas yang memiliki ruang rawat inap. Namun hingga saat ini belum puskesmas yang dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19.
Ia menjelaskan, fokus puskesmas adalah untuk menangani pasien dengan penyakit lainnya. Jika puskesmas digunakan untuk menangani atau merawat pasien Covid-19, dikhawatirkan program prioritas lain akan terganggu."Kita memang anjurkan, di tingkat kecamatan atau kelurahan ada ruang isolasi, tapi tidak menggunakan puskesmas," kata dia.
Ia juga mengimbau masyarakat yang terpapar Covid-19 untuk tak panik dan langsung ingin dirawat di RS. Sebab, ruang isolasi di RS itu hanya untuk pasien gejala sedang dan berat. Pasien tanpa gejala hingga gejala ringan sebenarnya tetap bisa menjalani isolasi mandiri di rumah atau di tempat isolasi terpusat yang disediakan.
"Mereka juga bisa terus berkonsultasi melalui puskesmas atau satgas setempat yang sudah dibentuk. Jadi tetap bisa diawasi. Kalau rumahnya tak bisa untuk isoman, bisa koordinasi untuk ke tempat isolasi tersentralistik seperti Dewi Sartika atau Purbaratu," ujar dia.
Uus menambahkan, saat ini pihaknya juga sedang mengembangkan klinik rawat jalan khusus pasien Covid. Dengan begitu, nantinya pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah dapat kontrol ke klinik itu. "Kita sedang berproses. Mudah-nudaham bisa terealisasi. Rencana akan ada di Dewi Sartika atau Purbaratu, atau tak menutup kemungkinan di dua tempat itu," kata dia.