Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Lia G Partakusuma, kemarin, mengatakan, BOR di Jakarta kini mencapai 86 persen. Tak hanya Jakarta, ia menyebutkan BOR di Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) juga mendekati 90 persen.
"Kalau kondisi sekarang tidak berubah hingga sepekan mendatang, RS tidak bisa merawat pasien baru. Kami hanya bisa merawat dan memberi pelayanan kesehatan yang suda dirawat di rumah sakit," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (22/6).
Ia mengatakan, pasien yang dirawat tidak berubah membuat kondisi di RS stagnan. Ia menambahkan, pasien baru yang akan berobat maksimal hanya bisa dirawat di instalasi gawat darurat (IGD). Padahal, dia melanjutkan, fasiitas di IGD terbatas.
Tak hanya itu, dia menyatakan, pasien yang datang ke rumah sakit harus mengantre sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan. Lia menyebutkan, di Jakarta, sebanyak 20-30 orang harus antre terlebih dahulu untuk masuk RS dan dirawat sebagai pasien Covid-19. Bahkan, banyaknya antrean membuat beberapa rumah sakit sampai terpaksa memasang tenda.
"Kalau mereka (calon pasien) berusaha masuk, tetapi tidak bisa, dirujuk juga tidak bisa karena penuh juga sehingga menunggu di tenda atau IGD dengan fasilitas seadanya," katanya.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) khawatir terus bertambahnya pasien membuat kapasitas pelayanan berlebih. "Kondisi terus meningkatnya pasien bisa melebihi kapasitas pelayanan. Sehingga, akan ada orang yang sakit yang kesulitan mencari tempat perawatan," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (22/6).
Untuk menghadapi kondisi ini, Daeng meminta pemerintah provinsi harus menyiapkan penambahan tempat perawatan untuk antisipasi. Terkait Pemprov DKI Jakarta sudah menambah tempat tidur, Daeng meminta upaya itu harus terus dilakukan.
Selain itu, dia melanjutkan, penyediaan selter isolasi mandiri untuk pasien Covid-19 bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG) juga harus dilakukan. Ia menambahkan, penyediaan selter ini untuk menjaga agar tidak semua orang berobat ke rumah sakit.
Ditambahnya fasilitas kesehatan, diakui Daeng, juga membuat sumber daya manusia (SDM) tambahan dibutuhkan. "Oleh karena itu, IDI dan organisasi profesi lain, seperti Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sudah koordinasi untuk menambah relawan tenaga kesehatan (nakes)," ujarnya.