Rabu 23 Jun 2021 02:35 WIB

BKKBN: Lansia Berpengalaman Bantu Atasi Stunting

Baby boomers punya pengalaman mendidik anak dalam jumlah besar tapi sukses.

Kepala BKKBN, Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)
Foto: BKKBN
Kepala BKKBN, Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan angkatan baby boomers yang saat ini memasuki masa lansia punya banyak pengalaman sukses mendidik anak yang bisa dibagi untuk membantu mengatasi persoalan stunting. Persoalan stunting memiliki kompleksitas luas tidak hanya masalah asupan nutrisi dan morbiditas semata.

"Stunting ini ada soal asuhan yang sangat penting. Saya percaya dan yakin angkatan baby boomers punya pengalaman mendidik anak dalam jumlah besar tapi sukses," ujar Hasto dalam webinar "Peran Lansia Tangguh Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Masa COVID-19" yang dilaksanakan BKKBN dalam rangkaian memperingati Hari Keluarga Nasional ke-28 secara daring yang diakses di Jakarta, Selasa (22/6).

Baca Juga

Namun, ia menegaskan bukan soal pengalaman banyak anaknya yang ingin diadopsi dari generasi baby boomers, tetapi gaya parenting asli Indonesia yang diharapkan dapat dibagi oleh para lansia untuk dapat mengatasi persoalan stunting di Indonesia. Cerita sukses lansia tersebut penting untuk diambil dan ditransformasikan ke generasi muda.

"Sebuah negara akan kehilangan jati diri ketika kita terputus dari senior atau sesepuh dan pendahulunya. Kalau nilai itu terputus, bangsa bisa kehilangan jati diri. Karakter bangsa itu riil karena ada yang bisa diturunkan dari yang senior ke yang muda," ujar Hasto.

Generasi baby boomers adalah mereka yang lahir pada tahun 1946 sampai dengan 1964. Mereka saat ini memasuki masa lansia, dengan usia 75 sampai dengan 57 tahun.

Sebelumnya ia mengatakan populasi lansia di Indonesia meningkat 9,92 persen, sehingga aging population di beberapa wilayah sudah jadi kenyataan. Namun di sisi lain, rasio ketergantungan (dependency rasio) masih cukup menggembirakan.

Artinya, menurut dia, jumlah penduduk produktif masih tinggi. Sensus penduduk 2020 menunjukkan window opportunity dari bonus demografi bisa maju, yang semula ditengarai rasio ketergantungannya 46 persen tercapai di 2025, tapi ternyata di 2020 sudah mencapai 44 persen, bahkan ada yang 41 persen.

''Saya lihat betapa sabarnya orang tua yang sudah senior ini, unik cara mendidik anaknya. Jadi ada success story. Ada yang anaknya sembilan dan yang jadi dokter tujuh orang. Ada yang anaknya lima jadi dokter semua. Luar biasanya dan tidak ada stunting padahal dulu nutrisi terbatas," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement