REPUBLIKA.CO.ID, REJANG LEBONG -- Kalangan petani kopi di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, mulai menggunakan teknik penyambungan pucuk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi kopi.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Rejang Lebong, Suherman, mengatakan pengembangan kopi dengan teknik sambung pucuk ini mulai dilakukan oleh sejumlah petani yang ada di Desa Pal VIII Kecamatan Bermani Ulu Raya dan Desa Air Pikat Kecamatan Bermani Ulu. "Menurut pengakuan petani di kedua desa ini, kopi yang dihasilkan per hektare bisa mencapai empat ton, jumlahnya lebih banyak dari pengembangan teknik lainnya," kata dia, Selasa (22/6).
Dia menjelaskan, pengembangan kopi dengan tekhnik sambung pucuk tersebut dilakukan oleh petani di kedua desa setelah sebelumnya belajar dengan kelompok tani lainnya, di mana penyetekan dilakukan secara bertingkat-tingkat hingga keatas batang. Teknik sambung pucuk ini diklaim petani lebih menguntungkan dibandingkan teknik stek payung yang selama ini dilakukan petani kopi di Rejang Lebong.
"Jika ini benar, maka potensi peningkatan produksi kopi yang dihasilkan petani akan meningkat setiap tahunnya," kata Suherman.
Luasan lahan perkebunan kopi rakyat di Rejang Lebong saat ini mencapai 23.633 hektare terdiri dari jenis kopi robusta seluas 23.104 hektare dan kopi arabika seluas 529 hektare. Dari luasn perkebunan kopi ini setiap tahunnya bisa menghasilkan 18.605 ton biji kopi kering jenis robusta dan 206 ton biji kopi jenis arabika.
Untuk meningkatkan produksi biji kopi yang dihasilkan daerah itu, pihaknya mendorong kalangan petani kopi di Rejang Lebong untuk menggunakan klon kopi unggulan khas setempat yakni klon kopi Sintaro 1,2,3 dan klon Sihansen yang sudah diuji memiliki keunggulan dibandingkan klon lainnya.