Selasa 22 Jun 2021 20:52 WIB

BOR Jakarta Hampir Penuh, Pakar: Pemerintah Harus Serius

Epidemiolog meyakini bila BOR Jakarta dibiarkan maka situasinya semakin memburuk

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang tenaga kesehatan berjalan di selasar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (15/6/2021). Menurut Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI Tugas Ratmono, pihaknya menambah jumlah kapasitas tempat tidur menjadi 7.394 dari 5.994 akibat tingginya penularan COVID-19 di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Seorang tenaga kesehatan berjalan di selasar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (15/6/2021). Menurut Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI Tugas Ratmono, pihaknya menambah jumlah kapasitas tempat tidur menjadi 7.394 dari 5.994 akibat tingginya penularan COVID-19 di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 di Tanah Air melonjak akhir-akhir ini bahkan membuat keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit (RS) sejumlah tempat, termasuk DKI Jakarta hampir penuh.  Pemerintah diharapkan serius dan tidak setengah-setengah dalam menangani kasus penularan virus ini.

"Tentunya kita pasti tidak ingin kalau pemerintah tidak melakukan upaya lebih serius. Kasus harian terakhir kan hampir menembus hampir 15 ribu, jadi kalau tidak ada upaya yang serius maka mungkin bisa lebih tinggi dari itu atau kasusnya terus bertambah," kata Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani saat dihubungi Republika, Selasa (22/6).

Artinya, Laura khawatir kondisinya bisa lebih terpuruk. Sebab, dia melanjutkan, dengan angka kasus saat ini, sudah banyak BOR yang kemudian mendekati angka maksimal dan tempat isolasi juga diisi banyak pasien.

Kemudian dampaknya adalah petugas permakaman juga kewalahan. Bahkan ia sempat melihat ada yang mengunggah foto membawa jenazah pasien Covid-19 yang tidak lagi digunakan ambulans, tetapi menggunakan truk karena banyak jenazah yang harus diantar.

"Ini yang sangat miris sebetulnya kalau melihat kondisi ini. Saya kira pemerintah harusnya lebih mengedepankan masalah kesehatan dibandingkan ekonomi," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement