Kamis 17 Jun 2021 16:52 WIB

Untung Rugi Pencalonan Puan Maharani bagi PDIP Versi LSI

LSI Denny JA memandang elektabilitas bukan faktor utama pencalonan kader PDIP.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ratna Puspita
Ketua DPR RI, Puan Maharani
Foto: DPR RI
Ketua DPR RI, Puan Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga survei LSI Denny JA menemukan elektabilitas Puan Maharani masih amat rendah. Kendati demikian, LSI Denny JA memandang elektabilitas bukan faktor utama pencalonan seorang kader PDIP di Pilpres.

Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby menyebut elektabilitas Ganjar Pranowo mencapai 15,5 persen atau duduk di urutan kedua di bawah Prabowo Subianto. Adapun, Puan hanya 2 persen elektabilitasnya. Kondisi ini, menurut Adjie, membuat Ketum PDIP Megawati harus berpikir keras agar bisa memenangi Pilpres 2024.

Baca Juga

"Bu Mega punya komplikasi untuk memilih salah satu dari keduanya. Kalau milih Puan elektabilitas sangat rendah baru 2%. Padahal tingkat popularitas 61%," kata Adjie dalam konferensi pers yang digelar virtual pada Kamis (17/6).

Adjie memprediksi Puan masih berpeluang mendongkrak elektabilitas karena popularitasnya masih tinggi. Namun kalau elektabilitas Puan tak kunjung berhasil terdongkrak hingga minimal 25 persen, PDIP berpeluang kehilangan kekuasaan.

"Kalau PDIP tetapkan Puan sebagai Capres maka resikonya ada potensi PDIP kalah dan kehilangan peluang kontrol pemerintahan di 2024-2029. Ini bisa berubah kalau di Januari-Februari 2023, elektabilitas Puan di atas 25 persen, maka mbak Puan berpeluang jadi capres kuat," ujar Adjie.

Adjie menyebut ada opsi Puan maju sebagai Cawapres mendampingi Prabowo. Hanya, opsi ini berisiko berikan panggung besar kepada Gerindra untuk jadi partai pemenang pemilu bila efek ekor jas terpenuhi.

"Ini pilihan sulit bagi PDIP. Padahal mereka punya peluang hattrick di 2024 Kalau capresnya potensial," ucap Adjie.

Selain itu, Adjie mengungkapkan ada opsi lain bagi PDIP guna mengajukan tokoh non kader sebagai Capres. Opsi ini melahirkan potensi Anies Baswedan-Puan. Namun, duet ini berpeluang terkendala banyak hal, salah satunya benturan ideologi dengan PDIP.

"Komitmen Capresnya apakah bersedia dengan PDIP? apalagi kalau sudah komitmen dengan partai lain, belum tentu diterima elit PDIP kalau ideologinya berbeda. PDIP cukup konsisten soal ideologi yang diyakini, kalau ada yang beda maka akan jadi PR di internal dari mulai elit sampai akar rumput," papar Adjie.

Diketahui, survei LSI menggunakan metode multistage random sampling dimana pengumpulan data dilakukan selama 27 Mei-4Juni 2021. Total responden sebanyak 1.200 orang di 34 Provinsi se-Indonesia. Wawancara survei dilakukan tatap muka dengan penerapan prokes. Adapun margin of errornya 2,9 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement