Kamis 17 Jun 2021 13:45 WIB

Wisma Atlet Dipenuhi Pasien Covid yang Belum Divaksinasi

Data Kemenkes, 83 persen pasien Wisma Atlet belum divaksinasi.

Seorang tenaga kesehatan berjalan di selasar Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (15/6/2021). Menurut Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI Tugas Ratmono, pihaknya menambah jumlah kapasitas tempat tidur menjadi 7.394 dari 5.994 akibat tingginya penularan Covid-19 di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Seorang tenaga kesehatan berjalan di selasar Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (15/6/2021). Menurut Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI Tugas Ratmono, pihaknya menambah jumlah kapasitas tempat tidur menjadi 7.394 dari 5.994 akibat tingginya penularan Covid-19 di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Meiliza Laveda, Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri, Antara

Pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, terus bertambah. Hingga kemarin, keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) mencapai 75 persen.

Baca Juga

Masih rendahnya jumlah penduduk yang tervaksinasi tampak dari membeludaknya Wisma Atlet serta rumah sakit lain di Tanah Air. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, dr Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan, berdasarkan laporan, sebagian besar pasien di Wisma Atlet belum divaksin.

"Sebanyak 83 persen pasien masuk belum divaksin, sisanya sudah divaksin. Sebagian besar baru dosis pertama," kata Maxi, Kamis (17/6).

Dia mengingatkan agar masyarakat terus mematuhi aturan pemerintah dan menjaga prosedur kesehatan. Terlebih, hingga saat ini, Indonesia tengah menyoroti tiga varian virus corona yang berasal dari luar, yakni varian Alfa dari Inggris, varian Beta dari Afrika, dan Delta dari India.

"Varian baru sudah masuk Indonesia. Apalagi, yang varian Delta dari India sangat responsif penularannya," ujar dia. Varian Delta sudah memasuki daerah Kudus, Bangkalan, dan DKI Jakarta. Namun, yang paling banyak jumlah penyebarannya di Kudus.

"Jadi, kita semua, masyarakat Indonesia jangan lengah. Tetap harus menerapkan prosedur kesehatan," kata dia menambahkan.

Juru Bicara Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, pada Selasa (15/6), mengatakan, pemerintah belum memiliki catatan rinci mengenai warga yang justru terinfeksi Covid-19 setelah mendapat vaksinasi dosis lengkap. Padahal, data-data seperti ini berguna untuk melihat gambaran keampuhan vaksin Covid-19 di Indonesia.

Wiku hanya mengatakan, vaksinasi Covid-19 ulang bisa saja dilakukan kepada seseorang yang telah menerima dosis lengkap, terutama ke warga yang tingkat titer antibodi terhadap Covid-19 belum cukup tinggi.

"Seharusnya, semakin tinggi titer antibodi dari orang yang divaksinasi karena reaksi setiap orang berbeda, akan memberikan proteksi yang lebih baik. Jadi, vaksinasi ulang bisa saja diperlukan apabila jumlah titer antibodi yang ada di seseorang setelah divaksinasi tidak cukup tinggi untuk bisa mengadang potensi kenaikan atau tertular lagi oleh Covid," kata Wiku menjelaskan.

Sadar akan pentingnya vaksinasi, pemerintah terus mengejar target vaksinasi di Tanah Air. Hari ini Presiden Joko Widodo mengatakan mendorong percepatan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk sasaran masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi dan rentan tertular virus corona jenis baru itu.

"Pemerintah ingin ada percepatan pelaksanaan vaksinasi di tempat-tempat dengan mobilitas tinggi, misalnya stasiun kereta api, terminal bus, airport, dan pelabuhan," kata Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat meninjau pelaksanaan vaksinasi di Stasiun Bogor, di Kota Bogor, Kamis, yang ditayangkan melalui Youtube Sekretariat Presiden.

Menurut Presiden Joko Widodo, di tempat-tempat seperti stasiun kereta api, terminal bus, airport, dan pelabuhan, itulah harus disegerakan vaksinasi. "Kalau tidak disegerakan, bisa terjadi penyebaran. Kita harapkan dengan dimulainya vaksinasi di Stasiun Bogor dan lingkungannya pada hari ini, kita harapkan semua bisa terlindungi dari Covid-19," katanya.

Presiden menyebut, penumpang kereta rel listrik (KRL) dan pekerja di stasiun memiliki mobilitas dan interaksi tinggi sehingga diberikan prioritas untuk melindungi mereka dari Covid-19. "Bogor adalah wilayah aglomerasi penyangga Kota Jakarta, di mana mobilitas dan interaksi masyarakat Bogor dan Jakarta, semuanya tinggi," ujarnya.

Seusai Presiden Joko Widodo meninjau pelaksanaan vaksinasi di Stasiun Bogor, Wali Kota Bima Arya mengatakan, saat meninjau pelaksanaan vaksinasi, Presiden memberikan arahan kepada Menteri Kesehatan untuk melakukan percepatan pelaksanaan vaksinasi. "Presiden mengatakan, agar Jakarta dan daerah penyangga di sekitarnya, termasuk Kota Bogor, dilakukan percepatan vaksinasi," katanya.

Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Stasiun Bogor untuk sasaran 1.500 orang pengguna jasa KRL Commuter Line. Waktu pelaksanaannya dibagi menjadi dua, yakni pada Kamis hari ini untuk 750 orang dan Jumat (18/6) untuk 750 orang, masing-masing mulai pukul 08.00 WIB.

"Dipilihnya pengguna jasa KRL sebagai sasaran penerima vaksin karena masuk dalam kategori rentan terpapar Covid-19," katanya. Bima Arya mengatakan, pengguna jasa KRL adalah warga Kota Bogor dan sekitarnya yang bekerja di Jakarta atau sebaliknya, yang memiliki mobilitas tinggi sehingga rentan tertular Covid-19.

"Di Jakarta dan Bogor saat ini tren penularan Covid-19 meningkat lagi sehingga harus diantisipasi. Salah satu langkah antisipasinya adalah melakukan vaksinasi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement