REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat intelijen dan militer Susaningtyas Kertopati menilai aat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional perlu dibenahi agar dapat digunakan secara terintegrasi. Menurutnya, alutsista tiga matra TNI seharusnya bisa terintegrasi meskipun jenis alat komunikasi yang diadakan masing-masing angkatan berbeda. Namun, keseluruhannya harus terintegral ke dalam sistem komunikasi ketika operasi gabungan digelar.
Sosok yang akrab disapa Nuning ini mengatakan, Indonesia memerlukan modernisasi alutsista TNI mengingat RI merupakan negara besar dan kaya. Ia mengatakan, modernisasi ini harus mempertimbangkan soal interoperabilitas atau kemampuan dalam bertukar informasi agar tetap saling terintegrasi.
“Pembenahan yang bersifat communability agar suku cadang dan atau logistik alutsista yang diadakan oleh suatu angkatan dapat memenuhi kebutuhan angkatan lainnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (16/6).
Ia mencontohkan, suku cadang tank milik Angkatan Darat seharusnya juga bisa digunakan Panser Korps Marinir. Amunisi meriam kaliber 40 mm Angkatan Laut dapat mendukung kebutuhan pesawat tempur Angkatan Udara.
“Pembenahan alutsista tersebut dituntut mencapai level yang minimax, yaitu yang minimal dari semua kondisi maksimal,” tutur Nuning.
Nuning menilai, kondisi alutsista yang dimiliki Indonesia saat ini tidak cukup kuat untuk menghadapi ancaman yang ada. “Contohnya mengurus Papua, jika tak dilengkapi sistem pertahanan yang kuat dan SDM mumpuni juga akan sulit mengatasinya,” tegas dia.
Ia menambahkan pembenahan alutsista yang terintegrasi perlu diikuti dengan pembenahan kompetensi dan kapasitas tempur prajurit TNI sesuai alutsista baru. Ujungnya adalah pembenahan organisasi TNI. Menurutnya, organisasi TNI perlu dibenahi agar berada pada kondisi siap-siaga tempur.
“Idealnya organisasi TNI adalah organisasi tempur permanen yang dapat digunakan secara optimal pada masa damai sekaligus pada masa perang. Pembenahan organisasi TNI adalah konsekuensi logis dari pembenahan alutsista TNI,” kata Nuning.