REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pemerintah Kota Palu Sulawesi Tengah mengatakan ketersediaan air bersih di hunian tetap (huntap) satelit yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk korban bencana berlokasi di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga masih mini. "Dalam sehari hanya dua jam air mengalir dari bak induk penampungan yang disiapkan PUPR," kata Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Palu Zulkifli yang ditemui, di Palu, Selasa (15/6).
Dia menjelaskan, di kawasan huntap Duyu, pemerintah membangun kurang lebih 230 unit huntap satelit yang dilengkapi sarana dan prasarana. Mulai dari infrastruktur, penerangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) termasuk air bersih. Namun, hingga beberapa bulan terakhir air bersih di kawasan huntap tersebut belum sepenuhnya normal mengalir, karena baru menggunakan satu sumur dalam sebagai sentral untuk dialiri ke bak penampungan sebelum dialirkan ke Sambungan Rumah (SR).
"Artinya, ada 22 jam air tidak mengalir selama sehari semalam. Kami meminta PUPR agar segera mencari solusi agar kebutuhan air bersih warga bisa terpenuhi," ujar Zulkifli.
Selain itu, dari laporan ia terima, di huntap Duyu juga terjadi pencurian air di bak penampungan. Oleh karena itu, laporan-laporan tersebut segera ditindaklanjuti untuk membuktikan kebenarannya. "Kami sudah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencari tahu kebenaran informasi tersebut," kata Zulkifli menambahkan.
Ia mengimbau, warga yang telah terdaftar dan sudah memegang kunci huntap satelit, agar segera menempati hunian tersebut. Karena masih banyak warga penyintas belum mendapat hunian.Tercatat, hingga kini baru sekitar 70 hunian yang ditempati Warga Terdampak Bencana (WTB) dari 230 unit disediakan pemerintah.
"Kami telah meminta bantuan tim fasilitator yang berada di posko induk huntap Duyu supaya menginformasikan ke WTB agar segera menepati hunian, jika dalam sepekan ini tidak ditempati kami akan mengalihkan ke WTB lain sesuai arahan wali kota, karena jangan sampai hunian terbiarkan begitu saja, sebab masih banyak penyintas belum mendapat huntap," ucap Zulkifli.
Ia menambahkan, dalam waktu dekat pihaknya bersama BPBD akan melakukan sidak seluruh hunian sementara (huntara) sebagai rumah singgah warga penyintas. Sidak huntap untuk memastikan sejauh mana progres penghunian di hunian tersebut.