Rabu 16 Jun 2021 00:54 WIB

Covid Mengamuk Lagi, Ekonomi Terhambat: Berharap pada Vaksin

Percepatan dan perluasan vaksinasi diyakini bisa ikut memicu pemulihan ekonomi.

Warga berbelanja di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (21/5/2021). Presiden Joko Widodo mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa bangkit di tengah pandemi hingga tujuh persen pada akhir kuartal II 2021 dengan berbagai catatan, diantaranya pengendalian wabah COVID-19 yang baik disusul meningkatnya konsumsi masyarakat karena adanya permintaan.
Foto:

Ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, kinerja surplus dagang pada Mei 2021 bakal memberikan dorongan bagi pemulihan perekonomian kuartal kedua. Hal itu diharapkan mampu mendongkrak laju pertumbuhan sehingga kembali pada zona positif.

"Saya kira proporsi ekspor impor relatif kecil, tapi jika dilihat impor bahan baku pada April dan Mei itu sudah mengalami peningkatan. Tentu ini nanti akan sejalan dengan ekspornya dan terlihat dalam produk domestik bruto (PDB)," kata Yusuf kepada Republika, Selasa (15/6).

Neraca perdagangan sepanjang Mei 2021 kembali mencatatkan surplus yang sebesar 2,36 miliar dolar AS. Ekspor tercatat mencapai 16,6 miliar dolar AS sementara impor 14,23 miliar dolar AS. Baik ekspor maupun impor, sama-sama mengalami penurunan dari bulan sebelumnya, namun tetap naik tinggi jika dibanding bulan yang sama tahun lalu.

Yusuf mengatakan, penurunan tersebut memang lebih dikarenakan pola musiman jika melihat pola pada tahun-tahun sebelumnya.

Ia pun melihat adanya geliat industri dari data ekspor pertambangan yang sebesar 2,59 miliar dolar AS atau tumbuh 14,29 persen disaat sektor lainnya turun.

Menurutnya, kenaikan itu salah satunya didukung oleh kenaikan harga batubara yang sedang tinggi diikuti permintaan yang juga tinggi. Hal itu menjadi dorongan positif bagi kinerja ekspor nasional dan membantu pemulihan ekonomi.

Adapun dari sisi impor, Yusuf menggarisbawahi impor bahan baku sebesar 10,94 miliar dolar. Meski secara bulanan turun 11,6 persen, namun dibanding bulan yang sama tahun lalu, nilai impor bahan baku tembus hingga 79,11 persen. Hal itu menunjukkan adanya kenaikan signifikan dari kegiatan produksi industri.

"Kami melihat meskipun dinamikanya masih berpotensi berubah, tapi besar kemungkinan dalam kuartal kedua dengan beragam indikator sangat berpotensi pertumbuhan berada di level yang positif," kata dia.

BPS juga meyakini, kinerja surplus dagang yang terjadi selama April dan Mei 2021 bakal mendorong pertumbuhan ekonomi kembali positif pada kuartal kedua (April-Juni) tahun ini. Surplus dagang sepanjang April tercatat 2,29 miliar dolar AS sementara Mei sebesar 2,36 miliar dolar AS.

"Kalau performa ekspor dan impor bagus, tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Lalu kalau konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta investasi (positif) maka pertumbuhan ekonomi kuartal II akan mask ke zona positif," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/6).

Ia mengatakan, khusus pada Mei 2021, nilai ekspor sebesar 16,6 miliar dolar AS mengalami kenaikan 58,7 persen dari Mei 2020. Adapun secara kumulatif Januari-Mei 2021, ekspor mencapai 83,9 miliar dolar AS, naik 30,58 persen dari periode sama tahun lalu.

Dalam lima bulan terakhir, Suhariyanto, mengatakan, kenaikan ekspor terjadi baik di sektor migas, pertanian, industri, dan tambang.

"Artinya, tidak mungkin kita bisa ekspor kalau tidak ada produk dari industri dan tambang. Ini menunjukkan geliat industri manufaktur di Indonesia bergerak bagus," kata Suhariyanto.

Indikator tersebut, menurut dia, juga didukung dengan angka Purchasing Manager's Index (PMI) IHS Markit yang mencapai 55,5 poin, atau berada dalam angka ekspansi.

Begitu pula dengan impor, sepanjang Mei 2021, nilai impor tercatat 14,23 miliar dolar AS, naik 68,68 persen. Secara kumulatif Januari-Mei 2021, impor tercatat 73,82 miliar dolar AS, naik 22,74 persen dari posisi Januari-Mei 2020.

Ia pun secara khusus menekankan kenaikan impor bahan baku yang menunjukkan pergerakan industri dalam negeri untuk berproduksi.

Pada Mei 2021, impor bahan baku sebesar 10,94 miliar dolar AS, tumbuh 79,11 persen dari bulan yang sama tahun lalu. Adapun secara kumualtif, impor bahan baku mencapai 56,06 miliar dolar AS, tumbuh 24,14 persen dari periode sama tahun lalu.

"Kenaikan ekspor dan impor ini akan memberikan kontribusi positif dan kita semua berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tinggi sehingga kita akan meninggalkan zona kontraksi," ujarnya.

Seperti diketahui, hingga kuartal I 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi hingga minus 0,74 persen. Kontraksi tersebut melanjutkan tren pertumbuhan negatif yang mulai terjadi sejak kuartal II 2020 lalu akibat hantaman pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

photo
Perekonomian Indonesia pada kuartal I 2021 masih mengalami kontraksi. - (Tim infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement