Selasa 15 Jun 2021 13:31 WIB

Kudus Fokus Telusuri Kontak Erat Pasien Varian Delta

Setidaknya ada 280 orang yang akan ditelusuri dari pasien varian Delta.

Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Solo menyiapkan masker, hazmat, sabun cair, dan vitamin untuk distribusi bantuan di kantor PMI Solo, Jawa Tengah, Sabtu (12/6/2021). Distribusi bantuan tersebut untuk membantu penanganan kasus COVID-19 di Kudus, Jawa Tengah. Kondisi Covid-19 di Kudus diperparah dengan kepastian sudah adanya pasien Covid-19 varian Delta.
Foto: Antara/Maulana Surya
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Solo menyiapkan masker, hazmat, sabun cair, dan vitamin untuk distribusi bantuan di kantor PMI Solo, Jawa Tengah, Sabtu (12/6/2021). Distribusi bantuan tersebut untuk membantu penanganan kasus COVID-19 di Kudus, Jawa Tengah. Kondisi Covid-19 di Kudus diperparah dengan kepastian sudah adanya pasien Covid-19 varian Delta.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Rizky Suryarandika, Haura Hafizah

Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, segera menelusuri kontak erat pasien corona dengan varian Delta. Penelusuran menjadi aspek utama memastikan ada tidaknya penyebaran virus varian baru tersebut di masyarakat.

Baca Juga

"Dari 34 sampel genome Covid-19, ternyata ada 28 sampel yang terpapar varian corona dari India alias varian delta. Kami sedang melakukan penelusuran kontak erat dari 28 pasien tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Badai Ismoyo, Selasa (15/6).

Ia memperkirakan jika masing-masing satu pasien memiliki kontak erat 10 orang saja, maka yang akan ditelusuri bisa mencapai 280 orang. Dari 28 orang tersebut, kata dia, semuanya juga sudah sembuh dari serangan virus corona tersebut.

Pelacakan tersebut juga untuk mendeteksi apakah dari 28 orang yang terserang virus varian Delta tersebut, juga untuk mengetahui apakah pernah memiliki perjalanan luar kota ataupun kontak dengan orang luar negeri. "Tunggu saja hasilnya nanti. Hal terpenting masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat," ujarnya.

Sementara itu Badai meminta masyarakat menaati imbauan lima hari di rumah saja. Tujuannya agar pemerintah bisa lebih cepat menuntaskan pandemi Covid-19. Kecepatan dalam penanganan pandemi juga akan berdampak positif terhadap masyarakat karena aktivitas sehari-harinya bisa normal kembali dan tidak ada pembatasan yang begitu ketat.

Untuk mencegah kerumunan, Pemkab Kudus juga menutup semua objek wisata di Kabupaten Kudus dan membatasi kapasitas pengunjung di pusat perbelanjaan. Bisnis kuliner juga diminta hanya melayani pembelian dibungkus untuk dibawa pulang, bukan dimakan di tempat.

Saat ini tingkat keterpakaian tempat tidur pasien di ruang rawat inap rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 di Kabupaten Kudus masih tinggi. Keterpakaian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) di rumah sakit rujukan penanganan pasien Covid-19 di Kabupaten Kudus yang pada 7 Juni 2021 mencapai 96 persen pada 14 Juni 2021 turun menjadi 94 persen, namun angka itu dinilai masih tinggi.

"Meskipun ada penurunan jumlah BOR, tingkat keterisian rumah sakit di Kudus tetap tinggi karena mencapai 94 persen," kata Badai.

Ia memaparkan bahwa total ada 1.233 tempat tidur pasien yang tersedia di tujuh rumah sakit di Kudus. Rinciannya 412 di RSUD Loekmono Hadi Kudus, 212 di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, 249 di Rumah Sakit Mardi Rahayu, 100 di Rumah Sakit Kumala Siwi, 157 di Rumah Sakit Aisyiyah, 50 di Rumah Sakit Kartika Husada, dan 53 di Rumah Sakit Nurussyifa.

Menurut data Dinas Kesehatan, keterpakaian tempat tidur pasien di empat dari tujuh rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 tersebut sudah mencapai 100 persen. Yakni Rumah Sakit Kumala Siwi, Rumah Sakit Aisyiyyah, Rumah Sakit Kartika Husada, dan Rumah Sakit Nurussyifa.

Tingkat keterpakaian tempat tidur pasien di tiga rumah sakit rujukan yang lain juga sudah tinggi. Data Dinas Kesehatan menunjukkan, keterpakaian tempat tidur pasien di RSUD Loekmono Hadi tercatat 98 persen, Rumah Sakit Islam Sunan Kudus sebesar 86 persen, dan Rumah Sakit Mardi Rahayu sebesar 84 persen.

Sementara itu, jumlah total tempat tidur pasien yang tersedia di unit perawatan intensif rumah sakit tercatat 55 unit dengan tingkat keterisian sekitar 78 persen. Pemerintah Kabupaten Kudus sudah meminta semua rumah sakit rujukan menambah jumlah tempat tidur untuk mendukung penanganan pasien Covid-19 dan berencana menyediakan tambahan tempat isolasi terpusat bagi penderita infeksi virus corona.

Tempat isolasi terpusat rencananya disediakan di Rusunawa Bakalan Krapyak, Graha Muria Colo, Balai Diklat Sonyawarih, serta di desa-desa. Pemerintah kabupaten sudah menyiapkan tempat isolasi pasien Covid-19 dengan gejala ringan di bekas asrama Akademi Kebidanan Kudus.

Jumlah akumulatif warga yang terserang Covid-19 di Kabupaten Kudus hingga Senin (14/6) total 10.797 orang dengan jumlah penderita yang sudah sembuh 7.731 orang dan pasien yang meninggal dunia sebanyak 884 orang. Penderita Covid-19 yang masih menjalani perawatan dan karantina di Kabupaten Kudus tercatat 2.182 orang.

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, menegaskan penerapan protokol kesehatan (prokes) saja tak cukup untuk menangkal varian baru Covid-19. Dicky mendesak pemerintah berinovasi dalam program pencegahan dan penanganan Covid-19. Ia menyindir prokes yang selalu digaungkan pemerintah bukanlah solusi satu-satunya.

"Harus berbeda responsnya karena tidak cukup hanya dengan prokes, tidak ada bukti ilmiahnya cukup kendalikan (Covid-19) hanya gunakan prokes saja," kata Dicky kepada Republika, Selasa (15/6).

Dicky menyarankan pemerintah Indonesia meniru kebijakan negara lain dalam menghadapi varian delta. Salah satunya peningkatan testing, tracing, treatment (3T).

"Negara yang berhasil hadapi varian ini gunakan tiga kombinasi yaitu lakukan penguatan vaksinasi secara masif, 3T dan lockdown. Kombinasi itu kalau sudah meledak, tidak ada cara lain. Ini yang bedakan dia dengan varian lain," ujar Dicky.

Dicky mengkritisi upaya 3T dari pemerintah cenderung belum maksimal. "Artinya dari saat ini untuk cegah penularan lebih jauh maka tingkatkan 3T yang masih rendah," singgung Dicky.

Terlepas dari itu, Dicky mengimbau masyarakat supaya tak panik berlebihan dengan ledakan kasus infeksi di sejumlah wilayah. Ia menyarankan kewaspadaanlah yang sepatutnya ditingkatkan oleh publik.

"Bukan berarti tidak perlu takut, tapi bukan juga abai karena harus serius, harus khawatir," imbau Dicky.

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban, mengatakan saat ini kondisi Indonesia sedang berada dalam tahap awal gelombang varian baru Covid-19 yaitu B1617.2 atau varian delta asal India. "Saya harus katakan. Kami ini berada dalam cengkeraman tahap awal gelombang varian delta. Bahkan, situasi Jakarta sedang genting. Ini memang benar. Apalagi masih ada jutaan manusia Indonesia yang belum terlindungi vaksin. Ini bisa jadi bencana bagi mereka," katanya dalam cicitan di akun Twitter miliknya, Senin (14/6).

photo
Mutasi ganda varian Covid-19 India - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement