Ahad 13 Jun 2021 05:52 WIB

Tingkat Keterisian RS Covid Lebihi Standar WHO, Jabar Siaga

Beberapa rumah sakit Covid bahkan ada yang hampir mencapai titik keterisian penuh.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Petugas tenaga kesehatan membawa pasien ke ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jawa Barat, Sabtu (12/6/2021). Direktur Pelayanan Medik Keperawatan dan Penunjang RSHS menyatakan keterisian tempat tidur untuk isolasi pasien COVID-19 (non ICU) masih di angka 119 dari 184 tempat tidur yang disediakan meski Jawa Barat mengalami peningkatan tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) COVID-19 mencapai 68 persen serta 85 persen untuk Bandung Raya.
Foto: Antara/Novrian Arbi
Petugas tenaga kesehatan membawa pasien ke ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jawa Barat, Sabtu (12/6/2021). Direktur Pelayanan Medik Keperawatan dan Penunjang RSHS menyatakan keterisian tempat tidur untuk isolasi pasien COVID-19 (non ICU) masih di angka 119 dari 184 tempat tidur yang disediakan meski Jawa Barat mengalami peningkatan tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) COVID-19 mencapai 68 persen serta 85 persen untuk Bandung Raya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Beberapa rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Barat (Jabar) melaporkan tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) cukup tinggi, bahkan sudah melewati standar WHO. Ini membuat Jabar menyatakan siaga akan lonjakan kasus Covid-19 di wilayah tersebut.

Menurut Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Jawa Barat Marion Siagian, hingga Kamis malam (11/6), pihaknya mencatat keseluruhan Jabar BOR itu 62,65 persen. Bila dibandingkan dengan pekan lalu, dalam sehari penambahannya sekitar 2-3 persen.

"Ini sudah melewati standar WHO 60 persen. Kalau Pak Gubernur bilang ini sudah siaga, karena kami juga tidak menginginkan pasien-pasien ini nanti tidak mendapatkan pelayanan di rumah sakit karena memang bed kita penuh semua," ujar Marion dalam program Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Sabtu (12/6) lalu.

Marion mengatakan, beberapa rumah sakit rujukan Covid-19 bahkan ada yang hampir mencapai titik keterisian penuh. Salah satunya, di Kota Bandung untuk kapasitas hijau atau gejala ringan dari kapasitas sebanyak 947 sekarang sudah terisi 767. Kemudian yang kuning 544 terisi 474 dan merah dari kapasitas 79 sudah terisi 65.

"Ini masih banyak pasien yang menunggu di IGD rumah sakit tapi edang dilakukan screening apakah akan dimasukkan ke gejala ringan, sedang atau berat," paparnya.

Marion menjelaskan, lonjakan kasus Covid 19 terjadi karena klaster keluarga. Bahkan, saat ini terlihat klaster di kabupaten/kota banyaknya klaster keluarga.

Di tempat yang sama, Plt Kepala Dinas Kesehatan Jabar Dewi Sartika mengatakan, ia mengucapkan terima kasih kepada rumah sakit dan kepala dinas yang sudah berjuang menghadapi lonjakan kasus pascalebaran.

Terkait peningkatan kapasitas perawatan pasien Covid-19, kata dia, rumah sakit kementerian harus menyiapkan 40 persen. "Sekarang sudah 30-34 persen persen dari kapasitas rumah sakit di kabupaten kota, rumah sakit swasta, TNI dan Polri untuk menampung pasien Covid-19 ," katanya.

Untuk menghadapi lonjakan kasus Covid-19, kata dia, Dinkes Jabar telah mengirimkan 30 perawat yang bertugas selama penambahan jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 di RS Al-Ihsan. “Alhamdulillah kita mendapatkan bantuan dari Dinkes Jabar, mendapat tenaga 30 perawat relawan ini sangat bermakna sekali, (mereka bertugas) saat penambahan jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19, sehingga konsekuensinya harus ada penambahan tenaga, karena perawat (yang sudah bertugas) tidak mungkin dilemburkan kembali untuk menjaga kondisi kesehatan mereka,” kata Dirut RS Al-Ihsan Dewi Basmala Gatot.

Dewi Basmala mengatakan RS Al-Ihsan telah mengurangi ketersediaan tempat tidur bagi pasien tanpa gejala atau gejala ringan yang dapat melakukan isolasi mandiri di rumah atau di tempat isolasi yang disediakan pemerintah. Saat ini, kata dia, RS Al-Ihsan hanya merawat pasien Covid-19 dengan tingkat keparahan sedang dan berat.

Dalam kesempatan yang sama, Dirut RS Borromeus Chandra Mulyono mengatakan, pihaknya siap untuk menambah tempat tidur sebagai tempat rawat inap isolasi untuk pasien Covid 19 antisipasi  lonjakan kasus. “Kami sudah menyiapkan tempat rawat inap isolasi, kemudian menyiapkan sumber daya manusia, alat kesehatan. Saat ini kami memiliki 120 bed bagi pasien Covid-19, ini masih ada ruang untuk ditambah sampai dengan 159 bed sebagai antisipasi lonjakan kasus Covid-19," kata Chandra.

Sementara menurut Ketua Harian Satgas Covid-19 Jawa Barat Daud Ahmad, untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19, Jabar akan memperkuat pusat isolasi, rumah sakit darurat dan rumah sakit rujukan. Jabar memiliki tempat isolasi di BPSDM dan Secapa AD. Jumlah bed di BPSDM dan Secapa AD total ada 350 bed Dinkes Jabar terus melakukan komunikasi dengan pihak Kesdam (Kesehatan Kodam) untuk menambah bed di Secapa AD sebagai langkah antisipasi lonjakan kasus.

Selain itu, kata dia, Jabar juga telah mempersiapkan Lapangan Tembak Gunung Bohong sebagai tempat isolasi. Juga akan mengerahkan rumah sakit baru di Soreang untuk menampung 100 bed untuk pasien Covid 19.

Terkait rumah sakit darurat, Jabar masih memiliki rumah sakit darurat di Bogor dan Bekasi yang sejauh ini belum beroperasi. Rumah sakit darurat ini dapat dikerahkah jika suatu saat terjadi kenaikan kasus yang signifikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement