Jumat 11 Jun 2021 11:27 WIB

Saat Perguruan Tinggi di Indonesia Ketinggalan Kereta

Peringkat kampus-kampus Indonesia kalah jauh dari negara tetangga seperti Singapura.

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu

Pendidikan tinggi di Indonesia mengalami penurunan. Hal itu terbaca dari tertinggalnya peringkat kampus-kampus di Indonesia dari kampus-kampus di negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, versi berbagai lembaga pemeringkatan perguruan tinggi dunia. Banyak faktor yang dinilai menjadi pemicunya, salah satunya karena pandemi Covid-19.

Dalam peringkat Universitas Terbaik di Dunia (versi QS World Rangking 2022), Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menempati peringkat teratas kampus di Indonesia, hanya mampu bertengger di posisi 254 dunia. Disusul Universitas Indonesia di peringkat 290, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) di peringkat 303. Peringkat kampus-kampus di Indonesia bahkan tidak masuk 20 besar peringkat Asia. Tiga besar kampus terbaik Asia versi QS World Ranking 2022 ditempati NUS Singapore (peringkat 11 dunia), NTU Singapore (peringkat 12 dunia), dan Tsinghua University Beijing (peringkat 17 dunia).

Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Prof Cecep Darmawan, angkat bicara soal kualitas pendidikan di PT Indonesia dan tertinggalnya peringkat-peringkat kampus Indonesia. "Ya, ini harus menjadi introspeksi diri bahwa banyak yang harus dibenahi.  Ada sejumlah faktor yang harus diperbaiki, seperti standar manajerial PT, kualitas dosen, fasilitas-fasilitas, pembiayaan, karya jurnal, inovasi, dan standar lulusan," ujar Prof Cecep kepada Republika.co.id, Kamis (10/6).

Menurut dia, perbaikan pada sektor pendidikan tinggi harus dibuat suatu grand design. Alasannya, setiap tahun pemerintah menaikkan alokasi anggaran, tetapi menurut Prof Cecep, tidak ada target pencapaian yang jelas.

Pada 2021 pemerintah menaikkan alokasi anggaran hingga mencapai 80 persen dibandingkan 2020. Namun, pendanaan itu malah lebih mengarah pada pembangun fisik atau infrastruktur. "Fisik dan infrastruktur itu mau sampai kapan? Makanya, harus dibuat grand design jangka panjang, menengah untuk pendanaan pendidikan," ujar dia.

photo
Mahasiswa menghadiri upacara wisuda di Banda Aceh, Aceh, Indonesia, 23 Februari 2021. - (EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK)

Selain itu, harus ada penataan ulang terhadap perguruan tinggi swasta (PTS). Ia menilai kuantitas PTS di Indonesia tidak diimbangi dengan kualitasnya. Tercatat Indonesia memiliki 4.500-an PTS yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air dengan 57 persen di antaranya terakreditasi C. Padahal, di China yang penduduknya mencapai 1,3 miliar jiwa, jumlah PTS hanya sekitar 2.500-an.

"Kita (Indonesia) kelebihan PTS," kata Prof Cecep. Menurut dia, banyaknya PTS dengan kualitas di bawah standar menjadi permasalahan di sektor pendidikan tinggi. Apalagi, kebanyakan PTS tersebut merupakan instansi kecil.

Pemerintah pun perlu memperbaiki masalah pendidikan ini karena membuat alokasi anggaran PT tidak efektif. Menurut dia, PTS yang sulit berkembang sebaiknya dilakukan peleburan atau merger sehingga pemerintah harus memberdayakan PTS agar mandiri. "Bagi PTS yang belum mandiri, sebaiknya meleburkan diri dengan PTS lain. Biar sedikit, tapi kualitas baik dan pendanaannya efektif," ujar dia.

Selain versi QS World Rangking 2022, peringkat-peringkat kampus di Indonesia juga tertinggal versi lembaga pemeringkatan Perguruan Tinggi Dunia The Times Higher Education (THE) di The Asia University Rankings 2021. Pada laman timeshighereducation.com yang dirilis Rabu, 2 Juni 2021, UI menempati posisi teratas sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia berada di peringkat ke-15 di Asia Tenggara dan peringkat ke-194 di dunia, dengan nilai keseluruhan 32,9.

Peringkat UI masih kalah dari tujuh universitas di Malaysia dalam peringkat tersebut. Seperti Universitas of Malaysia yang berada di peringkat 49, Universiti Tunku Abdul Rahman (UTAR) di peringkat ke 119, Universiti Putra Malaysia peringkat 136, Universiti Kebangsaan Malaysia peringkat 150, Universiti Teknologi Malaysia peringkat 150, Universiti Utara Malaysia 155, dan Universiti Sains Malaysia 163.

Ketua Penjaminan Mutu Institut Komunikasi & Bisnis LSPR, Chrisdina Wempi, berpendapat perguruan-perguruan tinggi di Indonesia sudah harus mulai melihat pemeringkatan yang basisnya...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement