REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meminta Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PD Pasar Jaya mengembangkan sistem pembelanjaan secara daring. Kepala Biro Kesejahteraan Sosial (Kesos) Setda Provinsi DKI Zainal mengatakan arahan itu berdasarkan usulan dalam rapat membahas draf rencana dan strategi (renstra) menangani pandemi COVID-19 yang berlangsung di Jakarta, Kamis (10/6).
"Saya kira kami tindaklanjuti dalam rangka penyempurnaan perbaikan draf renstra penanganan COVID-19 ini. Jadi kami sudah sepakat dalam forum diskusi agar ini ditindaklanjuti dalam bidang perekonomian," kata Zainal dalam rapat secara daring.
Sebelumnya, perwakilan Badan Pembina Badan Usaha Milik Daerah (BPBUMD) Provinsi DKI Jakarta Husni Mubarak mengatakan pandemi COVID-19 menyebabkan laporan kinerja keuangan tahunan PD Pasar Jaya menurun. "Kebetulan saya pembina PD Pasar Jaya. Dari laporan kinerja keuangan di tahun 2020 memang ada penurunan dari laba operasional perusahaan. Sampai ke Triwulan I 2021 juga masih ada defisit," ujar Husni dalam forum diskusi tersebut.
Ia mengatakan defisit terjadi karena banyak pengeluaran perusahaan yang dialokasikan untuk penanggulangan COVID-19 di DKI Jakarta, seperti patroli mengimbau disiplin protokol kesehatan di pasar-pasar dan juga sempat pula perusahaan memberikan diskon biaya pengelolaan pasar. "Banyak pengeluaran juga di perusahaan untuk operasional, kayak penjagaan COVID-19 di pasar sempat ada beberapa lama itu. Terus sempat kami di pasar dikasih diskon untuk biaya pengelolaannya. Ada juga kegiatan-kegiatan dari Pemprov DKI Jakarta untuk menanggulangi COVID-19 juga," kata Husni.
Husni mengatakan, BPBUMD menantikan arahan renstra yang bisa dikombinasikan dengan perubahan rencana kerja perusahaan untuk melalui masa pandemi COVID-19 ini agar kembali meningkatkan laba operasional perusahaan. Merespons situasi tersebut, Donni Fajar Anugerah, selaku pembicara dari sisi ekonomi yang diundang oleh forum itu mengatakan bahwa defisit berpotensi terjadi karena masih ada ketakutan masyarakat untuk berbelanja secara tatap muka (luring).
"Bolehlah pedagangnya diberi vaksin terlebih dahulu, tapi pengunjung pasarnya kan belum divaksin semuanya. Jadi otomatis ada sebagian orang yang mungkin masih takut," kata Donni.
Namun, ia menilai pengunjung akan lebih berani jika tidak ada faktor penarik dari pasar tersebut. Contohnya Pasar Tanah Abang menjelang Lebaran Idul Fitri yang lalu.Saat itu, menurut Donni, Pasar Tanah Abang memiliki daya tarik yang sudah dikenali publik, terutama harga-harga pakaiannya yang terkenal murah tapi tidak murahan.
Tak jarang.ada pedagang toko daring juga yang mengambil barang dagangan dari pedagang grosir di Pasar Tanah Abang. "Penjualan pakaian ini agak beda, walaupun daring sekarang sudah meningkat juga, tapi orang lebih suka membeli pakaian yang dibeli secara langsung, daripada membelinya secara daring. Biasanya ini ibu-ibu suka begitu," kata Donni.
Kendati demikian, menurut Donni, pasar-pasar lain yang tidak memiliki daya tarik yang sama seperti Pasar Tanah Abang bisa menyainginya dengan membuat sistem belanja daring seperti di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, pakaian bisa dikirimkan dulu, dengan berbagai jenis ukuran.
Misalnya lima jenis pakaian atau lima jenis sepatu, sebelum pembelian dilakukan secara daring. "Nantinya barang yang tidak dibeli dikembalikan lagi atas biaya penjualnya. Jadi orang boleh memilih, itu saking majunya penjualan daringdi Amerika," kata Donni.