REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika, Dessy Suciati Saputri, Antara
Presiden Joko Widodo menegaskan kembali target mencapai vaksinasi satu juta orang per hari. Target tersebut dicanangkan bisa tercapai pada bulan Juli tahun ini.
Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia untuk mempercepat proses vaksinasi Covid-19 ialah dengan menjamin ketersediaan vaksin sepanjang tahun. "Jaminan bahwa vaksin akan tersedia sepanjang tahun," kata dia, Rabu (9/6).
Pemerintah melakukan berbagai cara dalam upaya akselerasi vaksinasi salah satunya melalui penyediaan tambahan pasokan dosis vaksin. Indonesia pada 31 Mei lalu total sudah mendapatkan vaksin jadi dan bulk, sebanyak 91.910.500 dosis.
Data dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), dari jumlah ini sebanyak 75.910.500 dosis dalam bentuk vaksin jadi untuk mencakup 37,9 juta orang (dua dosis per orang). Selain jaminan vaksin, menurut Tjandra, tempat vaksinasi juga perlu diperluas, termasuk memanfaatkan semua rumah sakit dan klinik yang sudah biasa menjadi lokasi melakukan vaksinasi pada anak.
Di Jakarta misalnya, pemerintah setempat menyiapkan sebanyak 525 titik untuk menjangkau 86.580 orang penerima vaksin setiap harinya. Lokasi-lokasi ini tidak hanya di rumah sakit tetapi juga mencakup kantor kecamatan, kelurahan, mal, pasar, wisma hingga taman.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu segera melonggarkan vaksin untuk semua usia di atas 18 tahun setelah penelitian menunjukkan vaksin aman diberikan pada kelompok usia tersebut. "Nanti kalau sudah ada vaksin yang terbukti ilmiah baik untuk 12-18 tahun maka segera diberikan juga," kata Tjandra.
Di Amerika Serikat, pihak Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sudah merekomendasikan anak berusia 12 tahun ke atas bisa mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech mengingat mereka bisa terinfeksi virus penyebab Covid-19 dan menyebarkan penyakit ini pada orang lain. Sementara di India, mulai 21 Juni mendatang, warga setempat yang sudah berusia di atas 18 tahun sudah bisa divaksin secara gratis di pusat-pusat vaksinasi yang ditentukan pemerintah.
Tjandra juga menyarankan pelayanan untuk kasus kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) perlu terjamin penuh, sehingga bila ada keluhan usai divaksin maka bisa mendapatkan prioritas pelayanan. KIPI merupakan kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, menjadi perhatian dan diduga berhubungan dengan imunisasi. Setiap fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan imunisasi wajib melakukan pencatatan dan pelaporan KIPI.
Jangkauan vaksinasi yang lebih luas yaitu untuk 18 tahun ke atas sudah dimulai di DKI Jakarta. Kementerian Kesehatan memulai program vaksinasi Covid-19 tahap ketiga yang menyasar sekitar 4,8 juta penduduk wilayah DKI Jakarta pada kelompok usia minimal 18 tahun pada hari ini.
"Gelombang ketiga ini menyasar usia 18 tahun dan 18 tahun ke atas di seluruh DKI Jakarta. Jadi mencakup seluruh usia tersebut," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, yang dihubungi melalui sambungan telepon.
Ia mengatakan pelaksanaan vaksinasi itu diselenggarakan di seluruh fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas serta sentra vaksinasi di DKI Jakarta. Sasaran vaksinasi itu 4,8 juta jiwa penduduk di DKI Jakarta dengan target rampung hingga Desember 2021.
"Untuk DKI Jakarta plus domisili DKI Jakarta bisa lebih angkanya sebab ada perkiraan warga yang domisilinya di DKI tapi KTP luar daerah," katanya. Siti Nadia menambahkan DKI Jakarta telah memperoleh izin perluasan sasaran, sebab cakupan kepesertaan vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta sudah mencapai 40 persen lebih pada tahap kedua, sedangkan provinsi lain di Indonesia berkisar 30 persen dalam kepesertaan vaksinasi gelombang kedua yang menyasar kelompok lansia.
Sementara itu terkait wacana pemberian vaksin ke remaja, epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, menilai fokus vaksinasi akan lebih bijak bila dituntaskan ke kelompok lanjut usia (lansia) dan pekerja esensial terlebih dahulu. Dicky mengamati kasus dan risiko Covid-19 terhadap remaja di Indonesia cenderung lebih sedikit. Kalau pun tertular Covid-19, ia mendapati kasusnya banyak yang tak membahayakan.
"Kasus dan risiko pada anak jauh lebih sedikit dan lebih tidak membahayakan. Walau memang ada kasus sampai fatal, tapi secara proporsi, saat ini yang jauh lebih berisiko itu usia di atas 50 tahun terutama," kata Dicky kepada Republika, Rabu (9/6).
Selain itu, Dicky menilai penyelesaian vaksinasi terhadap pekerja esensial lebih urgen saat ini. Ia mensinyalkan supaya pemerintah fokus menuntaskan program vaksinasi yang sudah berjalan.
"Urgennya harus prioritaskan penyelesaian (vaksin) lansia dan pekerja esensial seperti guru," sebut Dicky.
Walau demikian, Dicky tak menolak wacana vaksinasi terhadap remaja. Hanya saja waktunya perlu disesuaikan dengan pelaksanaan vaksinasi lansia dan pekerja esensial yang belum juga tuntas. "Vaksin untuk di bawah usia 18 tahun tapi tidak terlalu bawah juga ya antara 12-18 tahun dulu saja," ujar Dicky.