REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat infrastruktur dan tata kota Yayat Supriyatna dari Lembaga Pengkajian Bidang Perumahan, Permukiman dan Pembangunan Perkotaan HUD Institute, menilai, jalan tol kawasan Jabodetabek dapat menjadi kawasan awal yang menerapkan Sistem Transaksi Tol Nirsentuh baik Single Lane Free Flow (SLFF) maupun Multi Lane Free Flow (MLFF). Hal ini karena kawasan Jabodetabek memiliki trafik penggunaan jalan tol cukup tinggi.
"Yang pertama Jabodetabek dulu, dengan kondisi yang seperti kita ketahui dinamika paling tinggi dan padat lalu lintas harian rata-ratanya serta memiliki beragam tantangan pengelolaan jalan tol," ujar Yayat, Ahad (30/5).
Menurut dia, pengelolaan jalan tol di kawasan Jabodetabek, termasuk sistem transaksinya, yang paling kompleks.Selain tol kawasan Jabodetabek, Yayat juga menyarankan penerapan awal sistem transaksi tol nirsentuh tersebut dapat diterapkan pada Jalan Tol Cipularang dan Padalarang-Cileunyi. Sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Pengatur Jalan Tol akan mulai menguji coba sistem transaksi tol nirsentuh baik Single Lane Free Flow (SLFF) maupun Multi Lane Free Flow (MLFF) pada kuartal II atau III tahun ini.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit mengatakan bahwa saat ini Badan Usaha Pelaksana Sistem Transaksi Tol Nontunai Nirsentuh Berbasis MLFF sedang menyusun sistemnya. BPJT juga akan menyelesaikan pengaturan bisnis antara Badan Usaha Pelaksana Sistem Transaksi Tol Nontunai Nirsentuh Berbasis MLFF dengan BUJT.
Terkait ruas-ruas tol yang akan diimplementasikan MLFF secara bertahap, Danang menyampaikan bahwa hal tersebut akan terus dievaluasi. Kemungkinan besar di daerah-daerah perkotaan, seperti di Jabodetabek maupun di Surabaya.