REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, pergerakan penduduk Jabodetabek keluar wilayah meningkat cukup tajam pada periode pengetatan perjalanan pada 27 April hingga 5 Mei. Periode ini bertepatan dengan masa sebelum peniadaan mudik diberlakukan.
Sedangkan pada periode peniadaan mudik juga masih mengalami peningkatan meskipun tidak sesignifikan sebelumnya. “Hal ini menggambarkan bahwa pada masa pengetatan perjalanan terjadi peningkatan mobilitas ke luar Jabodetabek yang dapat terjadi karena masyarakat memanfaatkan waktu sebelum peniadaan mudik untuk melakukan perjalanan,” kata Wiku saat konferensi pers.
Sementara pada periode mudik, Satgas mencatat masyarakat juga bepergian ke luar Jabodetabek, tetapi tak sebanyak pada saat pengetatan perjalanan. Wiku melanjutkan, pasca-Idul Fitri juga tercatat terjadi peningkatan signifikan mobilitas penduduk luar Jabodetabek menuju Jabodetabek.
“Hal ini dapat menggambarkan situasi arus balik dari wilayah tujuan mudik ke Jabodetabek. Puncak pergerakan penduduk menuju Jabodetabek paling tinggi pada 17 Mei,” ujar dia menambahkan.
Wiku pun mengingatkan pemerintah daerah untuk mengantisipasi potensi kenaikan kasus menyusul peningkatan arus balik selama lima hari pasca Idul Fitri. Menurut dia, tren peningkatan arus balik ini juga meningkatkan potensi penularan di tengah masyarakat.
“Data-data yang saya sampaikan selama beberapa konpers terakhir, sudah mulai memperlihatkan tren kenaikan kasus Covid-19 menyusul tingginya mobilitas penduduk pada periode Idul Fitri,” ucap Wiku.
Ia pun kemudian mengingatkan masyarakat yang baru saja kembali dari bepergian untuk melakukan karantina mandiri selama 5x24 jam di tempat tujuan.