Kamis 27 May 2021 00:43 WIB

Ahli: PPKM Mikro tak Buat Klaster Permukiman Berkurang

Hal yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan tracing dari rumah ke rumah.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Andri Saubani
Petugas medis jemput bola bersiap melakukan tes usap PCR bagi warga yang tidak bisa keluar rumah di Jalan As-Syafiiyah, Cipayung, Jakarta, Jumat (21/5/2021). Kawasan zona merah tersebut memberlakukan mikro lockdown serta tes usap PCR secara massal setelah sebanyak 51 orang warga positif COVID-19 berasal dari klaster halal bihalal di Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung.
Foto: ASPRILLA DWI ADHA/ANTARA
Petugas medis jemput bola bersiap melakukan tes usap PCR bagi warga yang tidak bisa keluar rumah di Jalan As-Syafiiyah, Cipayung, Jakarta, Jumat (21/5/2021). Kawasan zona merah tersebut memberlakukan mikro lockdown serta tes usap PCR secara massal setelah sebanyak 51 orang warga positif COVID-19 berasal dari klaster halal bihalal di Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan PPKM Mikro tidak berpengaruh terhadap berkurangnya klaster Covid-19 di permukiman warga. Menurutnya, hal yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan tracing dari rumah ke rumah.

"Klaster Covid-19 di permukiman warga sangat cepat menyebar. Makanya, 3T itu diperkuat. Lakukan tracing dari rumah ke rumah. Sebab, warga jika sakit tidak langsung ke rumah sakit melainkan di rumah saja. Ini yang bahaya tidak mengecek kondisi tubuh dan akhirnya menyebar di seluruh permukiman," katanya saat dihubungi Republika, Rabu (26/5).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan, masyarakat di Indonesia banyak yang tidak terdeteksi terkena virus Covid-19 atau tidak. Sebenarnya, kata dia, PPKM Mikro ini tidak berpengaruh besar untuk mengurangi penyebaran Covid-19.

"80 persen masyarakat di Indonesia banyak yang kembali kerumah mereka sehabis ke rumah sakit. Mereka tidak dirawat secara intensif dan benar-benar pulih. Ini yang membuat penyebaran semakin cepat di permukiman. Maka dari itu, pemerintah harus mengecek rumah ke rumah diswab, mereka didata. Dengan begitu, penyebaran virus Covid-19 akan berkurang," kata dia.

Sebelumnya diketahui, satu kawasan Rukun Tetangga (RT) di Jagakarsa, Jakarta Selatan menerapkan lockdown atau penguncian wilayah skala mikro. Penyebabnya, 13 warga positif terjangkit Covid-19, yang diduga tertular usai melaksanakan mudik dan halalbihalal.

Kawasan permukiman yang menerapkan penguncian wilayah lokal itu yakni RT4/RW2 Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa. "Di lingkungan itu klasternya banyak, dari klaster pulang kampung dan klaster halal bihalal, terpaksa kami lockdown," kata pengurus RW4 Ferni di Jakarta, Senin.

Ferni menuturkan, dari 13 warga setempat yang terkonfirmasi positif Covid-19, empat di antaranya adalah anak-anak. Dari 13 warga itu, sebanyak enam orang di antaranya dirawat di rumah sakit dan tujuh orang lainnya menjalani isolasi mandiri.

Dua di antara 13 warga tersebut, lanjut dia, merupakan warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 usai kembali ke Jakarta. Sementara itu, suasana permukiman warga di RT4/RW2 Srengseng Sawah, Jagakarsa terlihat sepi dari aktivitas warga sejak menerapkan penguncian wilayah mulai Ahad (23/5).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement