Selasa 25 May 2021 07:07 WIB

Ahlan Wa Sahlan AC Milan

Mencintai Milan bukan soal hitungan matematika, tapi memakai matehatika.

Para pemain AC Milan.
Foto:

Oleh : Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika

Donnarumma dan Hakan perlu belajar dari banyak legenda Milan yang mencintai klub ketika sudah bergabung. Baresi, Costacurta, hingga Maldini, adalah sederet produk akademi Milan yang setia hingga akhir karier tanpa meributkan soal gaji.

Baresi, Costacurta, dan Maldini yang sudah menyumbangkan banyak gelar berkat puluhan tahun mengabdi di Milan, memilih pensiun di San Siro. Tak pernah terdengar ketiga maskot Milan ini merengek kenaikan gaji.

photo
Paolo Maldini dan Franco Baresi. - (IST)

 

"Begitu Milan mengalir melalui nadimu, itu akan mengalir selamanya dalam darahmu". Pernyataan tentang bagaimana cara mencintai Milan itu keluar dari seorang salah satu maestro lapangan tengah dunia, Rui Costa. Playmaker yang pindah dari Fiorentina itu amat sangat mencintai Milan, dan perkataan Rui Costa bisa menjadi tamparan para pemain yang tidak mencintai Milan demi nama uang.

Atau kita bisa belajar dari kisah Ricardo Kaka yang rela menjual jiwanya untuk Milan. Kaka yang mengalami karier luar biasa bersama Milan, setuju dijual pada 2009 ke Real Madrid untuk menyelamatkan Il Diavolo Rosso dari kebangkrutan. Kecintaan Kaka tak hanya sekadar basa-basi seperti mencium lambang klub. Kaka membuktikannya dengan enggan menerima gaji ketika sedang cedera.

Donnarumma dan Hakan rasanya perlu mengikuti jalan para legenda Milan. Apalagi, Milan yang dipastikan bermain di Liga Champions musim depan bisa menjadi alasan kuat keduanya lebih lama membela panji pemilik gelar juara Eropa di Italia tersebut. Itu pun jika keduanya memiliki kecintaan dan kebanggan berseragam merah hitam.

Namun, Milan juga perlu berbenah. Jika tidak bisa mempertahankan pemain bintangnya, baik karena alotnya transfer atau ditarik kembali oleh klubnya, Milan wajib belanja pemain. Milan tak bisa terus menerus berharap pada ketajaman Sang Dewa Zlatan Ibrahimovic di lini serang. Apalagi, mereka bakal menghadapi jawara-jawara liga-liga elite Eropa, sementara Milan minim mesin gol ditambah Ibra yang sudah menua dan diganggu cedera.

photo
Juru gol AC Milan, Zlatan Ibrahimovic. - (EPA-EFE/MATTEO BAZZI)

 

Milan juga perlu memperhatikan regenerasi dan promosi para pemain dari akademi sendiri. Sebut saja Daniel Maldini yang tidak banyak diberikan kesempatan bermain. Jangan sampai Milan kembali merasakan keguncangan pascapensiunnya sejumlah bintang secara bersamaan pada musim 2009. Sehingga diharapkan Milan yang memiliki tujuh gelar Liga Champions itu mampu berbulan madu lebih lama tahun ini setelah tujuh tahun absen di Liga Champions.

Milan perlu penyerang seperti Shevchenko, Inzaghi, atau sang supersub, Gilardino. Milan perlu pengatur ritme seperti Pirlo, perusak irama permainan lawan layaknya Gattuso, magicians setara Kaka, atau tembok baja seperti Maldini dan Nesta.

Atau seperti harapan para Milanisti yang bermimpi Milan kembali menjadi The Dream Team yang diisi pemain-pemain bintang, mulai dari Donadoni, Baresi, Tassotti, Boban, Bierhoff, Savićević, hingga trio Belanda yang melegenda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit.

Pada akhirnya, seperti halnya setiap Muslim yang mencintai Palestina, bagi para Milanisti, mencintai Milan bukan memakai hitungan angka dalam matematika, tetapi hitungan matehatika. Ahlan wa sahlan Milan. Forza Milan. Selamat berjuang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement