REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Sekolah di Kabupaten Garut mulai kembali menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) pada Senin (24/5). Namun, sekolah yang berada di desa berstatus zona merah (risiko tinggi) penyebaran Covid-19 tak diperbolehkan menggelar PTM.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengatakan, saat ini terdapat 11 desa di Kabupaten Garut yang berstatus zona merah penyebaran Covid-19. Di 11 desa zona merah itu, sekolah tidak boleh menggelar PTM."Di sana tidak boleh tatap muka. Sudah dikirim datanya dari dinas kesehatan ke dinas pendidikan," kata dia, Senin (24/5).
Helmi menyebutkan, 11 desa berstatus zona merah itu di antaranya berada di Kecamatan Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, Garut Kota, Karangpawitan, Cilawu, dan Leles. Larangan itu dilakukan untuk mengantisipasi munculnya klaster penyebaran Covid-19 di sekolah. Sebab, saat ini kasus Covid-19 di Kabupaten Garut sedang mengalami peningkatan. "Kalau ditemukan ada yang tetap tatap muka di 11 desa itu, kita tegur untuk dipulangkan anak-anaknya," kata dia.
Beberapa orang tua siswa juga merasa khawatir dengan kegiatan PTM di sekolah. Sebab, kasus Covid-19 di Kabupaten Garut sedang mengalami peningkatan pasca-Lebaran.
Salah satu orang tua siswa, Aep (49 tahun) mengaku tetap mengikuti PTM di sekolah pada Senin pagi. Namun, ia mengaku sedikit takut anaknya terpapar Covid-19 lantaran kasus Covid-19 sedang meningkat."Pada awalnya senang anak sekolah lagi, tapi sekarang agak khawatir karena kasus Covid-19 naik," kata dia saat dihubungi Republika.
Menurut dia, anaknya yang masih duduk di kelas 2 SD itu masuk sekolah sejak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut mengizinkan kembali PTM pada Ramadhan lalu. Ketika itu, kasus Covid-19 di Kabupaten Garut sedang melandai, sehingga Aep memberi izin anaknya kembali ke sekolah.
Namun, melihat perkembangan kasus Covid-19 yang ada saat ini, Aep ingin PTM di sekolah ditunda dulu. "Kalau bisa ditunda dulu agar tak terjadi kasus penularan di sekopah," ujar dia.
Salah satu orang tua siswa lainnya, Feri (37) memilih untuk tidak mengizinkan anaknya sekolah. Padahal, sekolah tempat anaknya belajar sudah mulai menggelar PTM. Menurut dia, untuk sementara ebih aman jika anaknya belajar di rumah secara daring. "Menurut saya ancaman Covid-19 masih tetap tinggi. Saya lihat dulu perkembangan ke depan," kata dia.
Ia melihat, sekolah belum 100 persen bisa mengendalikan para siswa agar tidak berkerumun. Sebab, berdasarkan penilaiannya, masih terjadi kontak fisik para siswa dengan guru atau temannya di sekolah. Apalagi, saat ini kasus Covid-19 kembali meningkat.
"Pada dasarnya anak itu kan memang susah diatur. Saya mencegah hal yang tidak diinginkan. Jadi cari aman dulu," ujar lelaki yang anaknya masih kelas 5 SD itu.Menurut dia, meski sekolah sudah menggelar PTM, siswa yang memilih tetap belajar secara daring tetap difasilitasi oleh gurunya. Karena itu, ia tak khawatir anaknya akan ketinggalan pelajaran.
Kasus Melonjak
Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut, kasus positif di daerah itu terus mengalami peningkatan usai Lebaran. Pada Ahad (23/5), terdapat penambahan 64 kasus positif Covid-19.
Saat ini, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Garut berjunlah 9.291 kasus. Sebanyak 449 orang menjalani isolasi mandiri, 123 orang isolasi di rumah sakit, 8.323 orang telah dinyatakan sembuh, dan 396 orang meninggal dunia.
Menurut Helmi, kasus Covid-19 di daerahnya meninggkat dua kali lipat semenjak Lebaran. Ia mengungkapkan, sejumlah rumah sakit sudah mulai terisi pasien Covid-19 rumah sakit.
“Tadi saya mendapatkan laporan bahwa minggu ini ada peningkatan dua kali lipat yang positif Covid-19. Minggu kemarin ada 140-an sekarang 280 orang. RSUD Garut sudah mulai penuh," kata dia.
Karena itu, Helmi meminta satgas Covid-19 segera melakukan tindakan dan melaporkan jika ada masyarakat yang mempunyai gejala Covid-19. Dengan begitu, kasus Covid-19 dapat segera ditangani dan tidak akan menjadi ledakan yang lebih besar.