Rabu 19 May 2021 23:41 WIB

 Konsul RI di India Ingatkan Bahaya Gelombang Kedua Covid-19

Konsul RI menyebut India sempat lakukan relaksasi hingga timbulkan lonjakan Covid-19

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang pria berdoa di depan tumpukan kayu pemakaman kerabatnya, yang meninggal karena COVID-19, di sebuah krematorium di New Delhi, India, Senin, 17 Mei 2021.Konsul Jenderal Indonesia di Mumbai, India, Agus Prihatin Saptono, sebenarnya negara tersebut sudah cukup sukses mengendalikan pandemi sejak Maret 2020 hingga akhir Desember 2020. Namun, terjadi relaksasi sejak awal tahun 2021 hingga Maret dan puncaknya April yang mengakibatkan adanya pengumpulan massa.
Foto: AP Photo/Amit Sharma
Seorang pria berdoa di depan tumpukan kayu pemakaman kerabatnya, yang meninggal karena COVID-19, di sebuah krematorium di New Delhi, India, Senin, 17 Mei 2021.Konsul Jenderal Indonesia di Mumbai, India, Agus Prihatin Saptono, sebenarnya negara tersebut sudah cukup sukses mengendalikan pandemi sejak Maret 2020 hingga akhir Desember 2020. Namun, terjadi relaksasi sejak awal tahun 2021 hingga Maret dan puncaknya April yang mengakibatkan adanya pengumpulan massa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 di India yang melandai membuat pemerintah negara itu melakukan relaksasi sejak awal 2021. Akibatnya, kasus Covid-19 di negara ini kembali melonjak, bahkan lebih meningkat ketika memasuki gelombang kedua dibandingkan gelombang pertama.

Menurut Konsul Jenderal Indonesia di Mumbai, India, Agus Prihatin Saptono, sebenarnya negara tersebut sudah cukup sukses mengendalikan pandemi sejak Maret 2020 hingga akhir Desember 2020. 

"Namun, terjadi relaksasi sejak awal tahun 2021 hingga Maret dan puncaknya April yang mengakibatkan adanya pengumpulan massa. Sehingga, kurva Covid-19 yang tadinya melandai kemudian memicu penambahan kasus," katanya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Waspada Covid-19 di Indonesia: Belajar dari India, Rusia, dan Singapura, Rabu (19/5).

Ia melihat pemerintah negara bollywood ini sengaja melakukan relaksasi sebagai upaya pemulihan ekonomi. Sehingga otoritas mulai memverikan kelonggaran aktivitas masyarakat secara bertahap. Tak hanya itu, ia melihat kerumunan juga terjadi seperti kegiatan keagamaan di Sungai Gangga dan kampanye pemilu yang rentan terhadap pengumpulan massa. Kerumunan ini, dia melanjutkan, yang membuat terjadinya peningkatan kasus. Ia menjelaskan, pada saat gelombang pertama selama 2020 hingga akhir tahun yang sama, puncak kasus Covid-19 secara nasional terjadi pada September 2020. Saat itu, dia melanjutkan, kasus harian mencapai rekor 95.750 per hari. 

"Sementara pada saat gelombang kedua dimulai Maret 2021 dan jumlah kasus Covid-19 justru menunjukkan peningkatan drastis. Puncaknya adalah 22 April yaitu sebanyak 412.231 secara nasional," katanya. 

Ia menambahkan, jumlah kasus di nehara bagian Delhi lebih tinggi hingga membuat orang khawatir. Ia menyebutkan jumlah kasus negara bagian itu per 4 September 2020 sebanyak 22 ribu. Kemudian, jumlah kasus lebih tinggi saat gelombang kedua yaitu 68 ribu per hari per 13 April 2021. Namun, ia melihat kondisi di India kini berangsur-angsur membaik.

"Terjadi penurunan kasus yang cukup bagus per 18 Mei," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement