Rabu 19 May 2021 08:32 WIB

Iron Dome, Sang Penjaga Nyawa Sipil Israel

Satu rudal Iron Dome Israel yang halau rudal Palestina habiskan dana Rp 572 juta.

 Sistem pertahanan Israel, Iron Dome, sedang bekerja melawan rudal yang ditembakkan dari Jalur Gaza, di Kota Ashkelon, Israel, 11 Mei 2021. Lembaga Pertahanan Israel mengatakan sudah menembak lebih dari 100 target Hamas di Jalur Gaza.
Foto:

Pengamat Negara-negara Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Abdul Muta'ali memaparkan serangan Israel ke Gaza yang banyak mengarah ke warga sipil dan fasilitas umum adalah strategi Israel untuk memancing para pejuang Hamas keluar. Karena itu menurutnya ratusan rakyat Palestina yang tewas lebih banyak didominasi anak-anak dan perempuan.

"Jelas yang dilakukan Israel adalah sebuah kejahatan perang. walaupun perang ini adalah perang yang sangat tidak berimbang. sebuah negara dengan teknologi militer yang sangat maju melawan satu bangsa Palestina yang belum merdeka, itu dilakukan Israel dengan membunuh masyarakat sipil. Artinya, Israel sudah pada level yang sangat paranoid," kata Abdul kepada Republika.

Abdul mengatakan dunia internasional harus tahu secara benar bahwa serangan Israel kepada Palestina adalah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa. Abdul mengatakan warga Palestina terisolasi akibat penguncian wilayah oleh Israel sehingga sulit menerima bantuan kemanusiaan.

Konflik yang tak kunjung berakhir, mendorong Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pejabat tinggi Israel lainnya untuk menghentikan pemboman Gaza. Hal ini diungkapkan oleh seseorang yang mengetahui diskusi tersebut pada Selasa (18/5), ketika ada tekanan terhadap Biden untuk bergerak lebih kuat dalam menghentikan pertempuran di Gaza.

Menurut pejabat yang tidak mau disebutkan namanya, pejabat tinggi pemerintahan Biden menggarisbawahi kepada Israel bahwa waktu tidak berpihak pada mereka, terkait keberatan internasional terhadap sembilan hari serangan udara Israel dan roket dari kelompok Hamas. AS memiliki kepentingan untuk menghentikan operasi itu dengan segera.

Pejabat itu mengatakan, Presiden Biden telah melakukan panggilan telepon kepada Netanyahu pada Senin (17/5). Dalam rilis yang diungkapkan oleh Gedung Putih, Biden menyatakan dukungan untuk gencatan senjata di Gaza. Namun Gedung Putih tidak mengungkapkan bahwa AS mendesak Israel untuk mengakhiri pertempuran.

Duta Besar Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Riyad Mansour, pada Selasa menantang pemerintah Biden untuk menunjukkan hasil upaya diplomasi diam-diam, dalam menghentikan pertempuran Israel-Hamas. Mansour menuding AS telah menghalangi Dewan Keamanan PBB untuk bertindak dalam mengatasi kekerasan dan pemboman di Gaza.

"Jika pemerintahan Biden dapat mengerahkan semua tekanan mereka untuk mengakhiri agresi terhadap rakyat kami, tidak ada yang akan menghalangi mereka," kata Mansour.

Gedung Putih sejauh ini menolak seruan untuk meningkatkan tekanan publik terhadap Netanyahu. Menurut seseorang yang akrab dengan diskusi pemerintah, Gedung Putih telah membuat perhitungan bahwa Israel tidak akan menanggapi resolusi internasional atau tuntutan publik oleh AS. Sumber itu mengatakan bahwa pengaruh terbesar adalah tekanan di balik layar.

Sumber itu menambahkan, Israel telah memberi isyarat bahwa ada kemungkinan kampanye militer mereka dapat berakhir dalam hitungan hari. Peningkatan eskalasi antara Israel dan Palestina menguji keengganan Presiden Biden untuk secara terbuka mengkritik Israel, dan tekad pemerintahannya untuk tidak menghentikan fokus kebijakan luar negerinya di titik-titik panas Timur Tengah, dilansir dari AP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement