Ahad 16 May 2021 17:18 WIB

Tracing Lemah takkan Bisa Ungkap Lonjakan Covid Usai Lebaran

Epidemiolog sebut kemungkinan kasus Covid-19 lebih banyak dari data tracing

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas medis melakukan tes Antigen bagi pemudik di Pos Pengamanan Arus Balik Jatiuwung, Kota Tangerang, Banten, Ahad (16/5/2021). Tes Antigen tersebut dilakukan secara acak kepada pemudik yang akan kembali ke arah Jakarta guna meminimalisir penyebaran COVID-19.
Foto: Antara/Fauzan
Petugas medis melakukan tes Antigen bagi pemudik di Pos Pengamanan Arus Balik Jatiuwung, Kota Tangerang, Banten, Ahad (16/5/2021). Tes Antigen tersebut dilakukan secara acak kepada pemudik yang akan kembali ke arah Jakarta guna meminimalisir penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman memprediksi kasus Covid-19 di Indonesia akan meningkat drastis usai libur lebaran beberapa hari lalu. Kendati demikian, pemerintah Indonesia diprediksi tidak akan bisa mengungkap lonjakan kasus Covid-19 usai lebaran karena kemampuan pengetesan dan pelacakan yang masih kurang.

Dicky potensi ledakan kasus Covid-19 usai lebaran 2021 tidak perlu ditanyakan karena sudah jadi hukum biologi."Saya memperkirakan sebulan setelah sekarang ada lonjakan kasus dan jumlahnya bisa dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Tapi saya jamin tidak terlihat dalam laporan kasus harian kita, kenapa, karena testing dan tracing Indonesia minim," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (16/5).

Artinya, dia melanjutkan, kasus Covid-19 di bawah permukaan berjumlah lebih banyak. Ia menjelaskan, saat ini lebih banyak klaster yang tidak bisa diidentifikasi karena lebih banyak orang yang membawa virus ini. Apalagi, ia menilai pergerakan orang yang jauh lebih banyak yang ikut memperburuk situasi saat ini dibandingkan tahun lalu. Persoalan semakin ditambah dengan adanya ancaman varian baru virus seperti dari India yang lebih cepat menular. 

"Jadi, mengenai ledakan kasus jangan ditanya lagi. Tunggu hanya beberapa bulan lagi, contohnya seperti di India," katanya.

Ia menilai pemerintah saat memutuskan aktivitas terkait mudik tampaknya tidak belajar dari pengalaman ledakan kasus Covid-19 usai lebaran tahun lalu. Menurutnya, libur Idul Fitri 2020 punya dampak signifikan dalam kenaikan kasus harian Covid-19 sampai 93 persen.

Kemudian, dia melanjutkan, kematian mingguan meningkat sampai 66 persen. Nantinya, dia menambahkan, kelompok yang sadar kesehatan bisa membawa keluarganya berobat ke rumah sakit.

Kemudian, yang menjadi permasalahan adalah kelompok yang paling rentan, baik lanjut usia (lansia) atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) yang semakin terekspose virus ini. Jika lonjakan kasus pascalebaran benar-benar terjadi, Dicky mengaku iba dengan tenaga kesehatan yang tidak mampu menghadapi orang yang terinfeksi virus yang berobat sebanyak itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement