Kamis 13 May 2021 21:12 WIB

Globalisasi Sentuh Dunia Pendidikan Tinggi Indonesia

Fenomena globalisasi di seluruh dunia hampir menyentuh kehidupan masyarakat

Rep: Wahyu Suryana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Mobil Bakti terhadap Bangsa (Terbang) Universitas Muhammadiyah Malang.
Foto: Dok UMM
Mobil Bakti terhadap Bangsa (Terbang) Universitas Muhammadiyah Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Globalisasi merupakan suatu proses integrasi internasional yang sangat penting hari ini. Hal itu terjadi karena adanya pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran dan aspek-aspek kebudayaan lain yang begitu beragam.

Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). dr Supriyatiningsih mengatakan, fenomena globalisasi yang melanda dunia telah menyentuh hampir semua sisi kehidupan masyarakat. Termasuk, dunia pendidikan tinggi di Indonesia.

Kesadaran ini menjadi pendorong bagi banyak universitas untuk membuka diri kepada dunia global. Menurut Supriyatiningsih, kerja sama global ini dirasa jadi sangat penting karena ada masing-masing universitas memiliki kebutuhan yang berbeda.

"Jaringan kerja sama global bertujuan untuk meningkatkan kualitas organisasi dan kualitas akademis universitas secara menyeluruh," kata Supriyatiningsih dalam Pengajian Ramadhan Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa), Kamis (13/5).

Saat ini terdapat tiga isu pokok yaitu inovasi, penguatan motivasi dan kekuatan kolaborasi organisasi. Dia mengimbau untuk menghindari isu-isu yang mempertajam perbedaan, kesehatan reproduksi dan menolong kaum miskin jadi nilai-nilai yang bisa disinergikan.

"Mulailah dari berpikir positif. Lambat atau cepat, kita akan berada pada era persaingan, jangan pernah merasa tidak ingin maju ke depan. Majulah dan lakukan terobosan luar biasa," ujar Pengurus Majelis Kesehatan PP Aisyiyah Jerman itu.

Supriyatiningsih menambahkan, yang harus disiapkan bisa dengan merubah pola pikir. Perubahan mendasar yang ditimbulkan globalisasi salah satunya keterbukaan, jadi jangan menutup diri, jangan apriori dan belajarlah untuk menghargai orang lain.

"Bila manusia menutup diri, pergaulan akan terbatas dan pengalaman solidaritas sulit berkembang," kata Supriyatiningsih. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement