Kamis 13 May 2021 06:02 WIB

Derita Korban Kebakaran Kapuk Muara di Hari Kemenangan

Tidak ada kemeriahan maupun kesibukan yang dia lakukan untuk menyambut Lebaran

Rep: Flori Sidebang/ Red: Hiru Muhammad
Kondisi permukiman warga di Kapuk Muara, Jakarta Utara, Rabu (12/5) akibat kebakaran yang terjadi beberapa hari lalu.
Foto: Republika/Flori Sidebang
Kondisi permukiman warga di Kapuk Muara, Jakarta Utara, Rabu (12/5) akibat kebakaran yang terjadi beberapa hari lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenda-tenda masih berdiri di lokasi kebakaran Kapuk Muara, Jakarta Utara, Rabu (12/5). Permukiman penduduk yang cukup padat ini habis dilalap si jago merah pada Sabtu (8/5) malam lalu. 

Para warga yang terdiri dari bapak-bapak dan pemuda setempat tampak saling bahu-membahu membersihkan sisa-sisa puing rumah yang hancur akibat kebakaran tersebut. Sementara itu, para ibu mengantre untuk mengambil sembako dan bantuan yang diberikan oleh sejumlah pihak. 

Riska, salah satu warga yang turut kehilangan rumah serta harta bendanya akibat kebakaran tersebut. Ibu empat anak ini bercerita, saat itu api mulai terlihat dari lantai dua sebuah bangunan yang ada di seberang rumahnya sekitar pukul 23.30 WIB. 

Ia mengatakan, warga dan petugas pemadam kebakaran setempat pun segera berusaha memadamkan api. Bukannya padam, api justru semakin membesar dan menjalar ke rumah-rumah lain yang letaknya hampir berdempetan dengan sumber api tersebut. "Disemprot air bukannya mati apinya, malah makin gede. Pas itu ada angin, apinya sudah menjalar," kata Riska kepada Republika saat ditemui di lokasi.

Riska yang saat kejadian hendak tidur segera membangunkan anak-anaknya untuk menyelamatkan diri. Ia mengaku tidak sempat membawa harta benda apapun, kecuali dompet miliknya. Bahkan dia menyebut, satu unit sepeda motor miliknya ikut hangus terbakar lantaran tak cukup waktu untuk menyelamatkannya.  "Enggak sempat bawa apa-apa, cuma baju yang di badan saja," katanya. 

Akibat insiden itu, Riska dan keluarganya terpaksa mengungsi di tenda darurat yang didirikan di sebuah lapangan parkir tak jauh dari lokasi kebakaran. Untuk makan memenuhi kebutuhan berbuka puasa dan sahur, ia dan keluarganya mengandalkan sumbangan dari berbagai pihak. 

Dia juga mengaku tidak sempat melakukan persiapan apapun untuk menyambut Lebaran. Padahal, Kamis (13/5) merupakan Idul Fitri 1442 Hijriah. 

Perempuan berusia 48 tahun itu mengungkapkan, tahun ini merupakan Lebaran paling berat yang harus ia lalui. Selain rumahnya habis terbakar, dia pun tidak bisa merayakan hari kemenangan bersama keluarga besarnya di Jawa Timur lantaran pemerintah melarang mudik akibat pandemi Covid-19.

"Besok Lebaran, sedih. Enggak ada persiapan apa-apa sama sekali. Kita cuma mondar-mandir kayak gini saja, nyari sisa-sisa kebakaran yang bisa diselamatkan," ucap Riska sembari mengusap air matanya. 

Hal senada juga disampaikan oleh Ayu Sela (32 tahun). Ia menuturkan, tidak ada kemeriahan maupun kesibukan yang dia lakukan untuk menyambut Lebaran. Padahal, setiap tahunnya Ayu mengaku, sehari jelang Idul Fitri ia sudah mulai sibuk membuat ketupat dan opor untuk suami dan dua anaknya.

"Pastinya sedih ya, mana mau Lebaran gini. Akhirnya saya enggak ada persiapan apa-apa. Rumah sudah habis terbakar, uang juga enggak punya," ujar Ayu. 

Adapun kebakaran itu terjadi di RT 11 dan 12, RW 04, Kapuk Muara, Jakarta Utara. Sebanyak 375 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 1.449 jiwa terpaksa mengungsi karena api menghanguskan rumah milik mereka. 

Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, ada tiga bangunan mushala yang ikut terbakar. Dua diantaranya ludes dilalap si jago merah. Sedangkan satu mushala masih berdiri dan hanya mengalami kerusakan pada bagian atap.

Mushala itulah yang digunakan sebagai tempat untuk menampung berbagai bantuan. Mulai dari baju, sembako, air mineral, mie instan dan sebagainya yang akan dibagikan kepada para warga terdampak kebakaran. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement