Rabu 12 May 2021 14:02 WIB

Masa Libur Lebaran, Masker Jangan Sampai Lepas

Kunci pengendalian pandemi bukan hanya vaksinasi tetapi juga 3M dan 3T.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Model memperagakan masker karya peserta Lomba Desain Masker Batik di gedung Kartini Imperial, Malang, Jawa Timur, Kamis (8/4). Masyarakat diminta untuk tetap memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dalam setiap aktivitasnya.
Foto: ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA
Model memperagakan masker karya peserta Lomba Desain Masker Batik di gedung Kartini Imperial, Malang, Jawa Timur, Kamis (8/4). Masyarakat diminta untuk tetap memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dalam setiap aktivitasnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa liburan lebaran telah tiba. Meski pemerintah melarang aktivitas mudik, potensi keramaian sangat besar terjadi di pusat-pusat wisata maupun perbelanjaan. Karena itu, masyarakat diminta untuk tetap memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dalam setiap aktivitasnya.

Ketua Gerakan Pakai Masker, Sigit Purnomo, pihaknya bersama Kemenparekraf, Satgas Covid-19, asosiasi pengusaha, serta swasta kembali bekerja sama untuk saling memberikan komitmen penegakan protokol kesehatan pada momen liburan kali ini.

"Mungkin ini dianggap rutinitas atau seremonial, masalahnya saat ini tidak banyak pilihan yang bisa dilakukan untuk membangun budaya sehat, 3M. Ini harus dilakukan terus menerus tanpa bosan," kata Sigit dalam konferensi pers virtual, Rabu (12/5).

Sigit mengatakan, GPM meyakini kunci pengendalian pandemi bukan hanya bergantung pada vaksinasi yang sedang berjalan. Namun dengan upaya 3M, 3T (tracing, testing, treatment), serta vaksinasi itu sendiri.

"Semua harus dilakukan, kalau vaksinasi saja tidak cukup. Ini harus digunakan secara bersama-sama," kata dia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan, upaya 3M harus terus ditegakkan. Ia juga meminta keseriusan pemerintah daerah dalam mendukung setiap upaya pemerintah pusat dalam mengendalikan pandemi.

Diketahui, pemerintah melarang mudik pada tahun ini. Ia menyatakan, keputusan tersebut sudah didukung dengan data-data akurat yang ada dan memperkuat kebijakan pemerintah untuk melarang mudik.

"Selama pandemi saat libur panjang Idul Fitri 2020 dan Tahun Baru Hijriah angka positif naik 119 persen, saat momen Maulid Nabi naik 95 persen, dan moment Natal dan Tahun Baru naik 98 persen, ini data yang mengkhawatirkan," kata dia.

Karena itu, Sandiaga mengatakan pemerintah akan terus mendukung kegiatan GPM dalam mengedukasi masyarakat. Terlebih saat momen-momen krusial seperti saat ini. "Saya juga ingatkan mari kita semua implementasikasn protokol CHSE di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Ini harus saling bersinergi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement