Jumat 07 May 2021 10:43 WIB

IDEAS Rilis Survei Dampak Pandemi pada Keluarga Miskin 

Secara medis, keluarga miskin tak terpengaruh pandemi, tetapi terdampak ekonominya.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria Indonesia mengumpulkan kotak karton yang tidak terpakai di sebuah permukiman kumuh di Jakarta, Indonesia pada 24 Maret 2021.Survei Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menunjukkan bahwa kelompok keluarga miskin sangat patuh terhadap protokol kesehatan.
Foto:

Terdapat 77,2 persen mengaku turunnya penghasilan keluarga, 76,9 persen mengaku kebutuhan pangan keluarga mereka terganggu, dan 32,6 persen kehilangan pekerjaan. Responden yang mengaku menganggur melonjak dari 8,3 persen sebelum pandemi menjadi 14,3 persen setelah pandemi.

Dari 85,7 persen responden yang masih bekerja setelah pandemi, 17,5 persen  diantaranya mengaku harus beralih profesi untuk dapat terus bekerja. Profesi utama keluarga miskin yang menurun paling banyak karena pandemi adalah buruh pabrik, sopir, penjaga toko/warung, petugas keamanan, petugas kebersihan, karyawan, buruh bangunan hingga asisten rumah tangga.

"Sedangkan profesi keluarga miskin yang meningkat paling banyak setelah pandemi adalah bekerja serabutan, diikuti buruh lepas/harian, buruh tani, pemulung dan berdagang/ usaha mandiri," ujar Yusuf.

Disrupsi pada usaha dan pekerjaan keluarga miskin, membuat penghasilan mereka merosot tajam. Penghasilan responden jatuh dari rata-rata Rp 2,1 juta per bulan sebelum pandemi menjadi rata-rata Rp 1,3 juta per bulan saat pandemi.

Jatuhnya penghasilan keluarga miskin ini diikuti dengan jatuhnya pengeluaran mereka, dari rata-rata Rp 1,7 juta per bulan sebelum pandemi menjadi rata-rata Rp 1,4 juta per bulan saat pandemi. IDEAS menyarankan pihak terkait untuk mengoptimalkan ruang-ruang intervensi dalam rangka meminimalkan beban yang dihadapi keluarga miskin agar mereka dapat melewati krisis.

Pertama, mengintensifkan bantuan sosial dan membuatnya menjadi reguler dan permanen selama pandemi belum berakhir. Beban berat yang telah menyentuh kebutuhan paling dasar yaitu pangan, membuat bantuan sosial menjadi krusial.

 

Kedua, intervensi non bansos yang sangat bagi keluarga miskin, terutama intervensi terkait dengan ketahanan pangan dan ketahanan psikologis keluarga miskin. Intervensi yang mempromosikan pertanian tanpa lahan atau urban farming terutama untuk keluarga miskin perkotaan berpotensi besar menopang ketahanan pangan dan bahkan ketahanan ekonomi keluarga miskin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement